Dengan gerakan cepat Noe menarik tubuh Benji menghindari peluru hingga tersungkur ke lantai. Sementara Allura tampak terpejam dengan tangan gemetar merasakan untuk pertama kalinya menembak. Suara keras peluru itu bahkan menggema di telinganya.Noe meringis kesakitan merasakan lengannya yang terluka semakin sakit karena menahan tubuhnya. Membuat Benji langsung terbelalak melihat darah yang tercecer ke lantai.
"Apa kamu tertembak?" tanya Benji panik.
Noe menggeleng memegangi lengannya.
Perlahan-lahan Allura membuka mata dan melihat 2 laki-laki itu tersungkur ke lantai yang menyisakan darah. Namun, sebuah tato segitiga bermata satu di punggung Noe membuatnya membeku. Sebab itu adalah tato yang sama dengan milik kakaknya. "Tato itu."
Melihat Allura yang gemetar memegang pistol, Noe mengambil celah dengan langsung bergerak cepat mencengkeram kedua tangan Allura, mengarahkan pistol tersebut ke lain arah. "Stop, Allura."
Allura yang cukup terkejut melangkah mundur hingga mengimpit tembok. Meski begitu jemarinya enggan melepaskan pistolnya.
"Lepaskan, Allura. Kamu bisa terluka jika terus begini." Noe memperingatkan.
"Aku nggak akan melepaskan. Karena ini adalah kesempatanku untuk menghabisi kalian dan keluar dari sini." Allura memberontak berusaha melepaskan tangannya yang memegang pistol dari cengkeraman Noe.
"Denger code, denger code. Semua tim masuk ke penthouse sekarang." Benji melakukan panggilan darurat melalui jam tangannya.
"Kamu dengar itu. Kalau kamu ingin menghabisi aku, kamu juga harus menghabisi para bodyguard bersenjata itu," lirih Noe seraya meringis menahan kesakitan pada lengannya.
Allura cukup membeku melihat luka sayatan di lengan Noe yang tampak mengeluarkan darah itu. Karena itu adalah luka yang dia berikan pada Noe dalam drama panas di atas ranjang beberapa waktu lalu.
"Allura, lepaskan pistolnya sekarang. Atau kamu yang akan terluka." Benji berusaha membujuk. Melihat pistol tersebut berada di antara keduanya yang saling berebut, dia cukup khawatir.
"Nggak akan! Aku juga akan menghabisi kalian semua!" teriak Allura yang masih tak gentar.
"Aku bener-bener nggak berniat buat menyakiti kamu sejak awal, Allura. Apa kamu nggak bisa melihat itu?" Noe menatap dalam kedua mata memerah penuh amarah itu.
Allura menatap Noe dengan napas memburu. Memang harus dia akui cara Noe dalam memperlakukannya sangat berbeda. Namun, hal itu tidak bisa menjadi pengecualian karena Noe yang menculiknya sejak awal. "Kalau begitu lepaskan aku dari sini, Berengsek."
"Keluar dari sini akan semakin memperburuk keadaan, Allura. Tolong percayalah sama aku. Aku sama sekali nggak berniat buat menyakiti kamu sejak awal," lirih Noe memohon.
Denting lift kemudian memunculkan beberapa bodyguard berseragam hitam yang sudah siap dengan pistol dan menodong ke arah Noe dan Allura yang masih berebut pistol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sandera
RomanceTepat di hari bahagia yang akan menjadikan Allura Milena pengantin perempuan yang cantik di pesta pernikahan, Allura justru berakhir di sebuah tempat asing bersama Noe Erlangga yang menodongkan pistol ke kepalanya, memaksanya untuk membongkar kejaha...