Part 56

48 2 0
                                    

"Kamu mau bawa aku ke mana, Noe?" tanya Allura menatap heran sebuah helicopter yang sudah menunggu di halipad di atas gedung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kamu mau bawa aku ke mana, Noe?" tanya Allura menatap heran sebuah helicopter yang sudah menunggu di halipad di atas gedung.

"Kamu akan tahu nanti. Kita naik saja dulu." Noe menggiring tubuh Allura yang tampak membeku.

"Tunggu." Allura menghentikan langkah karena isi kepalanya yang mulai ke mana-mana. "Kamu ... nggak berniat buat nyulik aku lagi 'kan?" tanyanya menatap laki-laki berkaus hitam berpadu jaket trucker putih, celana chino abu-abu dan Air Jordan 1 Mid Bred Toe itu penuh curiga.

Noe mengembuskan napas berat. "Bukannya kemarin kamu minta tolong aku buat menyelamatkan mama kamu, ya?"

Allura membulatkan mata. "Mama? Maksudnya kamu mau bawa aku ketemu mama aku?"

Noe mengangguk.

"Serius? Kamu sudah berhasil mengamankan mama aku?" tanya Allura sekali lagi untuk memastikan.

"Mama kamu sudah kami amankan di salah satu rumah sakit. Jadi kamu bisa melihatnya sendiri nanti," jelas Noe.

"Kalau begitu ayo buruan kita naik." Allura langsung berlari menghampiri helicopter yang pintunya sudah terbuka menyambutnya.

Noe tersenyum dan geleng-geleng melihat perempuan berkaus panjang hitam berpadu palazzo pants hitam yang tampak kegirangan itu. Padahal beberapa detik lalu Allura menaruh kecurigaan kepadanya. "Dasar Allura Milena," lirihnya.

Helicopter kemudian naik ke udara membawa Noe dan Allura ke tempat tujuan. Sepanjang perjalanan Allura tak berhenti memandang takjub pemandangan gedung-gedung tinggi di bawahnya. Sebab hal ini adalah pertama kali baginya naik helicopter pribadi.

Allura berkali-kali melirik laki-laki di sampingnya penuh takjub. Bisa dipastikan Noe bukan orang sembarangan, hingga bisa menyewa helicopter pribadi. Membuatnya sangat penasaran dengan sosok asli Noe Erlangga.

Sampai di sebuah helipad rumah sakit, Noe langsung membawa perempuan yang sudah memakai baseball hat dan masker hitam itu ke sebuah lift khusus menuju sebuah lantai privat yang dihuni oleh ruangan-ruangan kelas 1. Bagaimanapun juga Allura masih harus menyembunyikan wajah dari orang-orang agar tak diketahui oleh Aaron.

Tepat di hadapan sebuah ruangan, Allura bisa melihat dari balik kaca sosok mamanya yang tengah membaca buku di dalam ruangan. Membuatnya tersenyum bahagia bisa melihat sendiri keadaan perempuan nomor satu di dunia itu.

"Masuklah. Mama kamu tahu kamu akan datang hari ini. Jadi dia lagi menunggu kamu," ucap Noe.

Allura menatap Noe dan mengangguk. Setelahnya membuka pintu tersebut. Membuat perempuan yang tengah membaca buku di atas ranjang itu menoleh.

"Allura?" tanya Jamiya memastikan perempuan yang menyembunyikan wajah di balik masker hitam dan topi tersebut.

Allura membuka masker dan topinya untuk memperlihatkan wajah tersenyumnya.

"Al!" Jamiya seketika berbinar bahagia dan merentangkan tangan, meminta anak satu-satunya yang sudah seminggu lamanya menghilang itu memeluknya.

"Mama!" Allura langsung berlari merangkul tubuh Jamiya penuh kerinduan.

Noe yang melihat pemandangan itu ikut tersenyum di depan pintu.

"Ya Tuhan, Al. Kamu ke mana saja, Nak?" Jamiya langsung menumpahkan tangisnya.

"Maafin Al ya, Ma. Al nggak bisa ngasih kabar sama Mama kemarin. Maaf banget sudah membuat Mama khawatir." Allura juga tak kuasa menumpahkan tangisnya.

Jamiya melepas pelukan dan menatap wajah anak perempuannya. "Kamu beneran nggak apa-apa 'kan, Al? Nggak ada hal buruk yang terjadi sama kamu 'kan?" tanyanya meraba-raba tubuh Allura untuk memastikan.

Allura menggeleng. "Al baik-baik saja, Ma. Sangat baik."

"Syukurlah, Nak." Jamiya mengusap-usap wajah ayu di hadapannya. "Apa yang terjadi sama kamu? Kenapa kamu tiba-tiba menghilang di hari pernikahan kemarin?" tanyanya kemudian.

"Aaron bukan laki-laki yang baik buat Al, Ma. Jadi Al nggak mau menikah sama dia," pekik Allura menangis.

"Ada masalah apa kamu sama Aaron, Nak?"

Allura semakin terguguh. Dia tidak sanggup memberi tahu kejahatan Aaron yang sudah menghilangkan nyawa kakaknya kepada mamanya. "Aaron jahat sama Al. Dia selingkuh sama Joice, Ma."

"Ya Tuhan," pekik Jamiya terkejut.

"Tapi kenapa kamu harus sampai menghilang? Kamu kan bisa cerita sama Mama dari awal, Al."

"Maafin Al, Ma. Al ternyata telah salah mencintai Aaron selama ini." Allura kembali memeluk mamanya menumpahkan tangisnya atas semua yang terjadi.

Jamiya mengusap-usap punggung Allura untuk menenangkan. "Nggak apa, Al. Nggak apa-apa. It's okey, it's okey. Mama nggak menyalahkan kamu. Yang terpenting sekarang Mama sudah bisa lihat kamu dan keadaan kamu baik-baik saja. It's okey, Sayang."

Noe yang ikut terharu memilih menutup pintu, membiarkan 2 perempuan tersebut hanyut dalam kebersamaan. Meski begitu dia tetap mengamati dari balik celah kaca seraya berjaga-jaga di depan kamar.

"Ada hal lain yang belum bisa Al ceritakan sama Mama. Tapi Al janji akan menceritakan semua itu setelah keadaannya sudah membaik. Jadi Mama sementara tinggal di sini dulu sembari menjalankan perawatan, ya. Tempat ini akan aman buat Mama. Karena Al nggak mau Aaron sampai mengusik Mama." Allura menggenggam erat jemari mamanya usai menumpahkan semua tangisnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Al? Kenapa kamu sampai harus menyembunyikan Mama dari Aaron? Apa Aaron ... melakukan hal yang jahat sama kamu?" tanya Jamiya yang sudah sejak seminggu lamanya menaruh kecurigaan kepada Aaron.

"Nanti ya, Ma. Al janji akan cerita semuanya. Mama percaya sama Al 'kan?"

Jamiya mengembuskan napas berat dan mengangguk. "Mama selalu percaya kamu, Nak."

"Ada hal yang masih harus Al selesaikan dulu, Ma. Jadi Al belum bisa pulang ke rumah sementara ini. Karena Al masih harus bersembunyi dari banyak orang dan Aaron."

Jamiya kembali menunjukkan kekhawatiran. "Kamu nggak melakukan sebuah kejahatan 'kan, Al?"

Allura tersenyum dan menggeleng. "Sama sekali nggak, Ma. Al nggak melakukan hal buruk apa pun. Mama tenang saja. Al akan selalu menjadi anak yang baik buat Mama."

"Tapi kenapa kamu harus bersembunyi kalau kamu nggak melakukan kesalahan, Al?" tanya Jamiya.

"Keadaannya terlalu rumit buat dijelaskan saat ini, Ma. Terlebih terlalu banyak campur tangan media. Jadi kita harus berhati-hati. Satu kesalahan kecil saja bisa digoreng sampai ke mana-mana. Jadi sebaiknya kita berdiam dulu saat ini. Karena yang Al lakukan sekarang ini mencari bukti untuk bisa mengembalikan nama baik Al," tutur Allura.

Jamiya mengembuskan napas berat. "Mama benci banget sama dunia hiburan kalau selalu begini."

Allura mengusap-usap lembut pundak mamanya. "Nggak apa-apa, Ma. Mama nggak usah khawatir. Yang terpenting sekarang Mama jangan terlalu percaya sama media pemberitaan apa pun. Al janji akan selalu baik-baik saja di luar sana. Jadi Mama di sini harus jaga kesehatan juga."

"Kamu akan sering-sering mengunjungi Mama di sini 'kan?"

Allura mengangguk. "Pasti itu. Mama nggak usah khawatir."

"Ngomong-ngomong kamu datang sama siapa, Al?" tanya Jamiya menatap pintu bercelah kaca yang memperlihatkan seorang laki-laki yang berdiri di luar pintu.

Allura mengikuti arah pandang mamanya. Tampak sosok Noe Erlangga yang tengah berjaga di depan kamar seperti seorang bodyguard. Membuatnya tersenyum mendapatkan penjagaan itu.











Bersambung............

Pengantin SanderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang