Suara tembakan terdengar membabi buta. Tampak Allura begitu garang memainkan pistol di tangannya menghujani papan target berjarak 9 meter di hadapannya yang tak satu pun pelurunya berhasil menembus pada titik target. Namun, kemarahan yang menyulut di hatinya membuatnya ingin terus menembak sebagai bentuk pelampiasan hingga menghabiskan 3 magasin.Noe tampak berkacak pinggang di belakang Allura dengan wajah kesal. Perempuan memakai crop top hitam berpadu blazer hitam dan pallazo pants di hadapannya itu begitu keras kepala ingin berlatih menembak dengan caranya sendiri. Padahal tak satu pun peluru tembakannya menembus papan target. Bahkan caranya menembak saja sangat sembarangan. Dia tahu betul jika Allura tengah memendam kekesalan kepadanya.
Kesal tak satu pun tembakannya berhasil menembus papan target, Allura membanting pistol di tangannya dengan napas memburu kesal. "Dasar peluru sialan," umpatnya yang kemudian beranjak pergi.
Noe dengan cepat mencekal lengan Allura. "Mau ke mana kamu?"
"Lepaskan." Allura menarik kasar tangannya dan menatap bengis laki-laki barjaket leather hitam berpadu kaus putih dan celana denim hitam itu.
"Latihan kamu belum selesai, Allura." Noe kembali mencekal lengan Allura.
"Aku bilang lepaskan, Berengsek," umpat Allura.
Noe menyeringai dan menarik Allura semakin dekat ke hadapannya. "Jadi sekarang aku berengsek di mata kamu?" tanyanya menatap tajam.
Allura tampak memburu napasnya menatap kesal wajah rupawan yang sudah membuatnya menjadi perempuan bodoh karena terkecoh perasaan.
"Kamu masih marah karena masalah kemarin?" tanya Noe.
"Apa peduli kamu? Lagi pula ciuman itu nggak berarti apa-apa buat kamu." Allura menantang.
"Kalau aku bilang ciuman itu berarti, apa yang akan kamu lakukan?" Noe balas menantang.
Allura membeku.
"Ya, aku memang mempunyai perasaan lebih sama kamu. Tapi memangnya kenapa?" ungkap Noe berterus terang sekarang. Melihat kekesalan Allura, dia sudah tidak punya kata-kata untuk berbelit-belit sekarang.
Allura semakin tertegun mendengarnya. Karena secara tidak langsung ucapan itu adalah sebuah pengakuan.
"Meksipun aku menyukai kamu, itu bukan hal yang penting buat aku, asal kamu tahu. Aku nggak ada waktu buat bermain-main dengan perasaan, Allura. Pekerjaanku saat ini jauh lebih penting daripada menyelami perasaan seorang perempuan," ucap Noe tajam.
Allura menganga tidak percaya mendengarnya. Setelah mendapatkan sebuah pengakuan, dalam beberapa detik kemudian dia diempaskan.
"Di luar sana Aaron sedang mengatur rencana untuk menyerang. Kita nggak ada waktu buat menyelami perasaan bodoh ini. Kecuali kalau kamu mau mati sia-sia di tangan penjahat yang sudah membunuh kakak kamu itu," desis Noe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sandera
RomanceTepat di hari bahagia yang akan menjadikan Allura Milena pengantin perempuan yang cantik di pesta pernikahan, Allura justru berakhir di sebuah tempat asing bersama Noe Erlangga yang menodongkan pistol ke kepalanya, memaksanya untuk membongkar kejaha...