Tepat helicopter mendarat di heliped sebuah rumah sakit, beberapa petugas dan seorang dokter yang sudah menerima panggilan darurat tampak sudah siap menyambut pasien darurat tersebut turun dari helicopter.
“Petugas, mendekat! Mendekat!” teriak Gunawan dengan tangan melambai-lambai.
Beberapa petugas kemudian mendekat membawa brankar. Membuat Noe langsung meletakkan tubuh Allura di atas brankar.
“Luka tembak pada kaki dan terus mengeluarkan darah,” jelas Noe pada seorang dokter.
Laki-laki berjas putih itu kemudian memeriksa detak jantung Allura dengan stetoskop yang sudah tidak terdengar. Setelahnya memeriksa denyut nadi yang masih tersisa. Membuatnya langsung melakukan resusitasi jantung paru-paru untuk pertolongan pertama.
“Apa yang terjadi?” Noe semakin pasi melihat pemandangan yang mengerikan itu. “Allura ... Allura,” penggilnya mendekati tubuh yang tampak tidak berdaya tersebut.
“Tolong minggir dulu, Pak,” ucap dokter tersebut.
Gunawan langsung menahan tubuh Noe yang membeku dan berurai air mata melihat keadaan Allura yang tampak memburuk. “Tenang, Noe. Dokter sedang melakukan penyelamatan.”
Noe geleng-geleng dengan wajah ketakutan. “Allura, please.”
“Dia kembali bernapas. Siapkan ruangan dan alat-alat bedah sekarang,” perintah dokter tersebut pada salah seorang petugas seraya memasangkan alat bantu pernapasan pada Allura.
Noe terpejam penuh kelagaan melihat masih ada harapan pada Allura.
“Yang lain tolong bantu dorong brankar ke ruangan.” Dokter tersebut kembali menginstruksi.
Noe dan Gunawan kemudian berlari mendorong brankar bersama beberapa petugas yang lain masuk ke sebuah lift menuju lantai instalasi gawat darurat. Tepat pintu lift terbuka, mereka kemudian kembali berlari membelah lorong menuju ruangan instalasi gawat darurat. Sementara itu Allura yang sudah bisa kembali bernapas masih juga belum mendapatkan kesadarannya.
“Minggir! Minggir! Tolong kasih jalan!” seru salah seorang pertugas berusaha membuka jalan.
“Allura, stay with me please.” Noe mengusap lembut wajah Allura berusaha memberikan kekuatan. Perasaannya semakin berkecamuk tak sanggup membayangkan hal buruk yang terjadi.
Cahaya lampu rumah sakit yang menyilaukan samar-samar membuat Allura melihat bayangan Noe Erlangga yang terus memanggil namanya dengan berurai air mata. Sementara bayangan orang-orang yang tak dikenalnya tampak mengelilinginya. Namun, dia seperti tidak mempunyai tenaga untuk menyahut dan bergerak.
“Noe,” lirih Allura tanpa suara.
“I beg you to hold on, Allura.” Noe mengecup jemari Allura sebelum kemudian melepaskan Allura masuk ke dalam ruangan gawat darurat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sandera
RomanceTepat di hari bahagia yang akan menjadikan Allura Milena pengantin perempuan yang cantik di pesta pernikahan, Allura justru berakhir di sebuah tempat asing bersama Noe Erlangga yang menodongkan pistol ke kepalanya, memaksanya untuk membongkar kejaha...