Pada tengah malam Allura terbangun dari tidurnya karena merasakan perutnya yang keroncongan dan sekujur tubuhnya yang kesakitan. Dia lupa, jika hanya mengisi perutnya dengan sarapan roti dan susu sebelum memutuskan mengunci diri di dalam kamar. Sekarang dia hanya bisa membolak-balikkan tubuh di atas ranjang dengan memegangi perut.“Kenapa harus sekarang sih lapernya? Nggak bisa dibiarkan tidur nyenyak dulu apa?” lirih Allura yang tak berhenti bergerak di atas ranjang.
Sebuah hawthrone towes clock hitam bergaya art deco dengan angka-angka romawi yang menggantung di dinding bercat putih jarum jamnya tampak menunjuk pukul 1 dini hari. Membuat Allura bangkit dari tidurnya.
“Jam segini Noe nggak mungkin masih berjaga di depan kamar ‘kan? Dia pasti udah tidur ‘kan?” gumam Allura.
Karena penasaran, Allura memutuskan melangkah mendekati pintu dan menempelkan salah satu telinganya ke pintu. “Nggak ada suara kok di luar. Pasti nggak ada orang di depan kamar.”
Pelan-pelan Allura membuka pengait pintu dan memutar kenop yang justru tak terkunci dari luar. “Ini si Noe beneran nggak ngunci aku dari luar?”
Allura membuka pelan pintu agar tak menimbulkan derit yang menganggu. Setelahnya menyembul celingukan untuk memastikan keadaan yang ternyata benar-benar sepi di depan kamarnya. “Oke. Aku hanya perlu diam-diam ke dapur buat ngambil makanan,” lirihnya.
Allura kemudian melangkah dengan berjinjit agar tak menimbulkan suara. Kebetulan jarak antara kamar dan dapurnya hanya memakan 30 langkah. Meski begitu dia tak berhenti celingukan untuk memastikan Noe benar-benar sedang tidak ada.
Tepat langkahnya berhasil sampai dapur, Allura dapat tersenyum senang. Dia langsung membuka pintu kulkas besar 2 pintu untuk mencari-cari makanan yang ternyata hanya berisi sayuran dan makanan mentah. “Kenapa nggak ada makanan yang bisa dimakan, sih? Rumahnya aja gede, tapi isi kulkasnya nggak ada yang bisa dimakan,” gumamnya kesal.
Tak berhasil menemukan makanan di kulkas, Allura berganti mencari di deretan rak yang menggantung di atas. Meski penuh usaha karena harus berjinjit, tetapi dia berhasil menemukan beberapa snack kesukaannya yang bisa mengisi perutnya sementara.
Tepat Allura berbalik badan, laki-laki memakai sweater abu-abu sepanjang siku berpadu celana jeans tampak bersedekap di samping kulkas memperhatikan Allura sejak tadi.
“Aa!” jerit Allura terkejut hingga menjatuhkan 2 bungkus snack di tangannya.
Noe menatap jam tangan di pergelangan kanannya. “Di luar dugaan. Ternyata kamu nggak bisa menahan lapar. Kamu akhirnya memutuskan keluar dengan sendirinya di waktu dini hari.”
“Ngapain kamu di sana? Kamu nggak tidur? Kurang kerjaan banget kamu jam segini masih berkeliaran.” Allura menatap tajam.
Noe tergelak senyum. “Ini kan rumah aku. Aku bebas mau berkeliaran ke sudut mana pun. Lagian aku nggak tidur karena emang ada pekerjaan buat mengawasi kamu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sandera
عاطفيةTepat di hari bahagia yang akan menjadikan Allura Milena pengantin perempuan yang cantik di pesta pernikahan, Allura justru berakhir di sebuah tempat asing bersama Noe Erlangga yang menodongkan pistol ke kepalanya, memaksanya untuk membongkar kejaha...