Part 97

37 1 0
                                    

Allura berusaha memberontak saat tubuhnya diseret paksa ke sebuah atap bangunan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Allura berusaha memberontak saat tubuhnya diseret paksa ke sebuah atap bangunan. Dia tidak bisa berkutik tatkala merasakan tenaganya tidak cukup mempuni untuk bisa melepaskan diri dari tubuh kekar yang mengungkung tubuhnya dari belakang. Belum lagi mulutnya dibungkam begitu erat hingga menyulitkannya untuk bersuara.

“Diam, Allura. Jangan teriak,” bisik Aaron.

Allura membulatkan mata terkejut dengan suara familiar tersebut.

“Ini aku. Aku nggak berniat menyakiti kamu. Ada hal yang ingin aku sampaikan sama kamu. Jadi aku mohon jangan teriak.” Aaron mencoba membujuk.

Allura pelan-pelan mengangguk. Dia mencoba untuk menuruti Aaron, jika memang ada sebuah hal yang penting saat ini.

Perlahan-lahan Aaron melepaskan tangannya yang membungkam mulut Allura. Setelahnya melepaskan kungkungan. Membuat Allura pelan-pelan menoleh ke belakang dan mendapati sosok Aaron.

“Apa yang mau kamu sampaikan, Aaron?” tanya Allura dengan ekspresi was-was.

“Mereka nggak akan membunuh aku, Al,” ucap Aaron.

Allura mengernyit. “Maksud kamu?”

“Mereka datang untuk menangkapku … bukan untuk membunuh aku. Kamu pasti mengerti maksud 2 kata itu.”

“Kenapa bisa begitu?”

“Karena ada sesuatu yang sedang mereka incar dari aku. Jadi mereka nggak akan bisa melenyapkan aku begitu saja.”

Allura semakin dibuat tidak mengerti dengan situasi saat ini. “Lalu?”

“Jika ini masih belum terlambat … aku ingin memberi tahu semuanya atas keterlibatan organisasi Barong di dalam laboratorium yang menjadikan Rayi sebagai objek penelitian.”

Allura menganga.

Tepat Aaron akan memberikan sesuatu kepada Allura, sekelompok orang dengan todongan pistol tampak berlari ke arahnya. Membuatnya langsung menarik Allura dan kembali menyanderanya dengan todongan pistol tepat pada leher.

“Apa yang kamu lakukan, Aaron?” tanya Allura yang terkejut dengan tindakan tersebut.

“Maafkan aku, Allura. Sepertinya aku perlu tubuh kamu untuk sementara ini,” bisik Aaron.

“Lepaskan!” Allura berusaha memberontak.

“Percayalah aku nggak akan menyakiti kamu, Al. Jadi diamlah untuk sementara ini,” lirih Aaron.

Entah apa yang terjadi, tetapi Allura tidak mempunyai pilihan lain selain diam. Terlebih dia masih tidak tahu harus memercayai siapa saat ini.

“Lepaskan Allura, Berengsek!” hardik Noe dengan todongan pistol.

Aaron menyeringai. “Sayangnya gue masih ada urusan yang belum selesai dengan pengantin gue, Noe.”

“Aaron … Anda sudah tidak mempunyai jalan keluar sekarang. Semua anak buah Anda sudah kami lumpuhkan. Anda sudah terkepung sekarang,” ucap Benji.

Pengantin SanderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang