Part 119

25 2 0
                                    

“Kita mau ke mana, Noe? Ini kan bukan arah jalan pulang?” Allura tampak celingukan tepat Noe membelokkan mobil ke arah berlawanan usai meninggalkan pelataran rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kita mau ke mana, Noe? Ini kan bukan arah jalan pulang?” Allura tampak celingukan tepat Noe membelokkan mobil ke arah berlawanan usai meninggalkan pelataran rumah sakit.

“Aku mau membawa kamu ke suatu tempat,” jawab Noe di balik kemudi, fokus membelah jalanan beraspal.

“Ke mana?” Allura menatap laki-laki berjaket kulit hitam model double rider yang fokus menatap ke depan.

“Ke tempat spesial.” Noe melirik tersenyum perempuan yang tampak anggun dengan setelan atasan putih berlengan panjang berpadu midi dress skirt pastel.

“Iya, tapi ke mana?” Allura tampak memaksa ingin tahu.

Noe tersenyum melihat wajah Allura yang mulai kesal karena cemas. “Jangan khawatir. Aku sudah izin sama mama kamu buat membawa kamu pergi hari ini.”

Allura kemudian mengembuskan napas lega, karena memang itu yang dikhawatirkannya, jika mamanya mengkhawatirkan kepergiannya.

“Kamu istirahat saja dulu. Perjalanan kita mungkin akan memakan waktu 1 jam lebih.”

Allura membulatkan mata terkejut. “Selama itu?”

Noe mengangguk. “Aku jamin kamu pasti akan suka sama tempatnya.”

“You are always full of mystery, Noe,” komentar Allura.

Noe tersenyum. “Because that’s what I am, Allura.”

“Awas saja kalau kejutannya nggak bikin aku seneng. Aku akan merajuk sama kamu seharian,” goda Allura.

Noe tergelak mendengarnya. Setelahnya mengusap lembut kepala perempuan di sampingnya. “Tidurlah. Nanti aku akan bangunkan kalau sudah sampai.”

“Even so you’re still so sweet,” sanjung Allura gemas.

Noe mengerling menggoda.

*****

1 jam lebih menempuh perjalanan, Noe kemudian menghentikan mobil di sebuah pelataran yang menyuguhkan pemandangan laut biru membentang. Setelahnya menatap tersenyum perempuan berwajah ayu yang tampak lelap di sampingnya. Membuatnya sangat tidak tega untuk membangunkannya.

Sementara menunggu Allura bangun, Noe membuka jendela kaca membiarkan semilir angin dan aroma laut menghuni ke dalam mobilnya. Setelahnya melirik di balik kaca spion, menatap sebuah kafe yang begitu familir yang menampilkan seorang perempuan yang tampak melayani seorang pelanggan.

“Kita sudah sampai?” Allura tampak menggeliat dan mengerjap. Semilir angin dan aroma laut perlahan-lahan membangunkannya.

“Iya, kita sudah sampai.” Noe mencubit gemas hidung mungil Allura.

Allura kemudian membulatkan mata menemukan sebuah pemandangan yang begitu memesona di hadapannya. “Ini kita lagi di mana, Noe?”

“Laut.” Noe tersenyum melihat ekspresi terpesona Allura.

Pengantin SanderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang