Yiejung tersentak kaget saat Jin memeluk tubuhnya dari belakang. Wanita itu menatap suaminya dari cermin yang juga memandang dirinya sembari tersenyum.
"Wae?" tanya Yiejung heran. Jin menggeleng kecil sembari tersenyum manis. Kembali mengeratkan pelukannya. "Yeobo biarkan aku memakai antingku dulu."
"Ne" Jin melepaskan pelukannya, bersandar didinding dekat meja rias istrinya. Memandang Yiejung dengan tatapan memuja. Yiejung mengerutkan dahinya heran melihat tingkah pria itu.
"Kau mabuk?" Jin kembali menggeleng, melipat kedua tangannya didepan dada. "Lalu? Apa ada yang salah dengan penampilanku?"
"Hmmm"
"Jinjja? Apa?" tanya Yiejung panik.
"Kau terlalu cantik." Yiejung mendengus kesal, membuat Jin tertawa dan kembali memeluk tubuh istrinya lebih erat.
"Yeobo waegaurae?" Yiejung panik, Jin mengeluarkan air matanya. Wanita itu segera berbalik menatap suaminya. "Kau sakit? Dimana yang sakit? Yeobo?"
Jin menggeleng masih tetap mengeluarkan air matanya."Lalu kenapa? Yeobo jangan membuatku ketakutan katakan ada apa?" Jin tidak menjawab pria itu hanya meraih Yiejung dalam pelukannya.
"Saranghae jeongmal saranghae." Yiejung mengerut tidak paham. Ia hendak mendongakkan kepalanya menatap Jin, tapi pria itu segera menahannya.
"Yeobo waegaurae?" Yiejung semakin panik, mau tidak mau air mata wanita itu juga ikut keluar. Jin terisak.
"A-aku aku tidak tau sampai kapan kita bisa bersama seperti saat ini. Memelukmu, menatap wajahmu setiap hari, melihat anak-anak kita dengan bahagia dan penuh rasa syukur. Waktu berjalan begitu cepat, umur ku semakin bertambah yang berarti kesempatan untuk hidup semakin menipis. Aku selalu berdoa agar Tuhan memberikan kita umur yang panjang, melihat bagaimana anak-anak kita menikah suatu saat nanti. Menimang cucu-cucu kita sembari menangis bahagia." Ujar Jin.
"Yeobo."
"Memikirkan itu membuat ku seakan takut, Jika Tuhan sama sekali tidak memberikan ku izin untuk melakukan itu semua. Menikmati semua yang selama ini ia berikan padaku setiap hari."
"Yeobo" Yiejung melepaskan pelukan mereka menangkup wajah Jin dengan kedua tangannya sembari menggeleng kecil. Ucapan Jin tadi berhasil membuatnya mengeluarkan air mata begitu banyak.
Yiejung mengusap air mata Jin dengan jari-jarinya, sedangkan air matanya tetap keluar dengan deras. Keduanya saling bertatapan, "Jangan pernah berpikiran seperti itu. percayalah kita pasti akan menikahkan anak-anak kita dan menimang cucu-cucu kita kelak. Dan kita akan terus bersama selamanya."
"Tapi, Jika pun Tuhan benar-benar ingin memisahkan kita aku harap aku lah yang lebih dulu pergi. Aku tidak tau harus seperti apa jika hidupku tampa mu kelak."
"Ani! Andwae! Jika kau pergi lalu bagaimana dengan ku? Apa kau pikir aku juga bisa hidup tanpa mu?" Yiejung menggeleng cepat. "Tidak oppa, tidak akan ada yang pergi. Kau dan aku akan selalu bersama bahkan sampai diakhiratpun kita akan selalu bersama. Jikapun Tuhan mengambil nyawa mu kelak maka aku akan ikut menyusulmu."
"Yeobo"
"Keuman oppa, jangan berbicara apapun. Jangan pernah berpikir tentang apapun, kita akan tetap bersama apapun yang terjadi. Hmm?" Jin mengangguk pelan, membuat Yiejung tersenyum. "Besok adalah hari pernikahan putra sulung kita dan sebentar lagi bukankah putrimu juga akan menyusul. Aku tidak mau kau berpikiran negatif terus menerut seperti itu, jadi enyahkan semuanya. Hanya focus pada anak-anak dan kebahagiaan kita semua. Arraci?"
"Hmm, kau juga." Jin mengecup kening istrinya sayang. Yiejung mengangguk.
"Oke, lebih baik hapus air mata kita. Dan bergabung dengan yang lain, aku yakin halaman rumah kita sudah penuh dengan para pemberontak kecil." Canda Yiejung, Jin terkekeh kembali memeluk erat istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BEGINNING Of BEAUTIFUL LIFE
FanfictionSEQUEL dari ABT ( A Better Tomorrow ) jangan lupa baca ya buat kalian pembaca setia TRIANGLE dan ABT... ini bagian ketiga dari cerita kisah keluarga BTS...