85

1K 105 11
                                    


Namhye menatap Yujie yang yang datang bersama dengan Heejun. Keduanya menghampiri mereka yang berkumpul bersama Hyuno dan Yoora.

"Eonni oppaaa!!" Yujie memeluk Hyuno dan Yoora bergantian.

"Yaahhh lihat siapa yang datang. Bintang tenis terkenal." Goda Hyuno.

"Oppaa."

"Yujie~a kau terlihat semakin cantik saja." puji Hora.

"Ah ania. kau juga terlihat semakin cantik Hora~a." Yujie memeluk Hora.

Mereka terus mengobrol bersama Yujie dan Heejun. Sedangkan Namhye melirik disekitar mencari sosok Jaejin. Ia yakin pria itu pasti tau kehadiran Yujie saat ini. Namhye menemukan Jaejin yang berjalan dengan langkah cepat menuju toilet.

Namhye dengan cepat menyusul pria itu. Yujie yang menyadari sedari tadi jika Namhye terlihat tidak focus dengan mereka menatap gadis itu yang mengerjar Jaejin menuju toilte. Gadis itu menunduk, sembari tersenyum kecil.

Namhye terus mendengar erangan kemarahan Jaejin dari luar toilet. Gadis itu sesekali meringis bahkan terkejut saat suara retakan terdengar dari dalam sana. Tapi ia tidak ingin masuk, ia masih membiarkan Jaejin menenangkan pikirannya.

Suara pintu kamar mandi terbuka, Jaejin muncul dengan kondisi yang mengenaskan. Dasi yang kendor, kemeja yang acakan bahkan tangan yang berdarah.

Gadis itu melebarkan matanya menatap tangan Jaejin. Segera mengejar Jaejin dan menyeret laki-laki itu kembali kedepan toilet. Jaejin menghempaskan tangan Namhye marah.

"JAEJIN~A!!!" teriak Namhye masih berusaha menahan pria itu.

"Lepas."

"Andwae! Hajimma hmm. Tenangkan dirimu."

"Tidak, aku harus menghajar pria itu. Bagaimana pun caranya aku akan menghabisinya."

"Andwae Jaejin~a andwae hmmm." Namhye merentangkan tangannya menghalangi Jaejin. "Jaejin~a" Namhye berujar pelan. Berusaha membujuk pria itu. "Ini acara pernikahan Hyuno oppa dan Yoora eonni. Kau tidak ingin menghacurkan pesta pernikahan mereka bukan? Kendalikan emosi mu hmmm."

Jaejin menggeleng, air matanya mengalir. "Ani, aku tidak bisa." Namhye mendekati Jaejin yang tertunduk.

Gadis itu menepuk punggung Jaejin pelan menenangkan pria itu. "Kau bisa, aku yakin kau bisa. Bukankah kau sudah berjanji untuk menghilangkan rasa bencimu."

"Memang tapi sangat sulit." Jaejin terisak. "Aku benar-benar masih belum bisa menghilangkan rasa itu. Sakit, sangat sakit. Kau tau ini seperti terasa puluhan jarum menusuk didadaku." Jaejin terduduk lemas.

Namhye segera memeluk tubuh Jaejin, gadis itu ikut mengeluarkan air matanya. Melihat kondisi sahabatnya. "Arra, aku tau rasanya."

"Kenapa ia harus muncul disaat seperti ini." Namhye mengelus punggung Jaejin pelan. "Kau tau, bahkan orang-orang mendoakan mereka untuk tetap bersama. Mereka semua memuja keserasian kedua orang itu."

"Tidak, jangan pernah terpengaruh dengan ucapan orang lain hmm."

"Apakah ini yang mereka mau? Kesengsaraan ku?" Namhye menggeleng cepat.

"Ya! jangan berbicara seperti itu." kesal Namhye. "Kau sama sekali tidak sengsara, ingat bukankah kita sudah sepakat untuk melupakan masa lalu kita dan focus pada masa depan kita. Yujie-"

"Jangan menyebut namanya." Sentak Jaejin cepat.

"Mian." Sesal Namhye. "Wanita itu hanya masa lalu mu, jika kau masih ingin beranggapan seperti itu. Percayalah kau bisa melupakannya jika kau terus berusaha. Kau tidak perlu berlarut dalam sedihan dan rasa sakit ini sendiri." Jaejin menggeleng.

THE BEGINNING Of BEAUTIFUL LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang