115

784 86 14
                                    

Hoseok tersentak saat tangan putrinya yang berada digenggamannya bergerak. "Yeon~a" panggil Hoseok.

Hora yang saat itu sedang menghubungi ibunya segera menatap kearah ranjang Yeon. "Eoh eomma sepertinya Yeon sudah sadar. Eomma jangan khawatir, kami yang akan mengurus Yeon disini. Nikmati saja liburan kalian. ania eomma gwaenchana, Yeon hanya kelelahan tidak terjadi hal yang serius. Ne eomma aku akan menjaganya. Hmmm, ne aku akan menhubungi eomma lagi nanti." Hora menutup panggilan telfon itu dan segera menuju ranjang adiknya.

Hora memeriksa keadaan Yeon, "Kau sudah sadar?" Yeon mengangguk pelan. "Gwaenchana? Apa ada yang sakit?" Yeon menggeleng. Ia tidak bisa berbicara karena alat bantu pernafasan masih terpasang di mulut dan hidungnya.

Tangan Yeon telurul untuk menyingkirkan alat yang ada dimulut dan hidungnya. Hora membantu adiknya dan meletakkan alat itu di meja kecil yang ada disebelah ranjang.

"Kau benar-benar tidak apa-apa sayang?" tanya Hoseok khawatir. Yeon mengangguk dengan senyum yang dipaksa. "Aigoo bagaimana bisa kau kelelahan sampai pingsan seperti ini huh?"

"Appa gwaenchana." Ujar Yeon dengan susah payah.

"YEON~A!!!" Yoojin dan Nami membuka paksa pintu ruangan inap Yeon dan segera menuju ranjang gadis itu.

"Ya!! ini rumah sakit!" kesal Hora. Kedua gadis itu tidak menjawab mereka, memeluk Yeon karena khawatir.

"Yeon~a apa yang terjadi padamu?" tanya Nami.

"Kenapa uri Yeon bisa sampai seperti ini." Yoojin menangis dan memeluk kembali tubuh Yeon.

"Huftt kedua gadis itu." Howon yang baru saja tiba menatap Nami dan Yoojin sembari menghembuskan nafasnya lelah. Ia sebenarnya bertemu dengan Yoojin dan Nami diparkiran. Kedua gadis itu seperti orang gila berlari dengan cepat masuk kedalam rumah sakit. Sampai tidak mendengar panggilannya.

"Ya ya ya aku tidak apa-apa jangan khawatir." Ujar Yeon menenangkan kedua sahabat gilanya.

"Benarkah?" Yeon mengangguk.

"Kau tidak akan matikan?"

"Ya! kenapa adikku harus mati?!!" kesal Hora.

"Ahhh Yeon~aa hikss" Nami kembali memeluk Yeon.

"Ya ya ya kalian semakin membuat putriku sakit jika seperti itu." Hoseok menyingkirkan kadua gadis itu dari Yeon.

***

Kaki Jeongil berjalan tanpa alas kaki dipasir pantai. Pria itu menatap lurus kearah pantai yang sepertinya tiada ujung. Mengingat dengan jelas moment dirinya bersama Yeon saat kencan pertama mereka terjadi.

Tawa gadis itu, ekpresi gadis itu bahkan suara gadis itu. Jeongil menatap sebuah tempat makan yang ada didekat sana. Disitulah ia meninggalkan Yeon sendirian dihari kencan mereka.

Dadanya kembali terasa sakit mengingat hal itu. Pria itu terduduk dipasir. Apa yang sebenarnya dia lakuka? Erang Jeongil dalam hati.

"AAAKKKHHH!!!!" Jeongil meninju gumpalan pasir yang berada didepannya dengan kuat berulang kali tanpa henti dengan penuh rasa penyesalan dan amarah.

***

Paris...

Paris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE BEGINNING Of BEAUTIFUL LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang