81

948 93 6
                                    

"Uri eomma kenapa?" tanya Yoojin. Mereka semua menatap kearah para orang tua dengan heran. Yeonmin dan Yiejung tertawa seperti orang gila disana. Suara keduanya bahkan kedengaran sampai ketempat mereka.

"Eoh Hyung noona kalian datang?" sapa Joon. Hyuno dan Yoora mengangguk kecil.

"Imo kenapa?" tanya Jihoon.

"Molla." Jawab Hyuno kesal.

"Wuahh eonniii aku merindukanmu." Yoojin segera memeluk Yoora.

"Aku juga merindukanmu Yoojin~a kau sehatkan?"

"Hmm tentu saja aku sehat. Keundae eonni sepertinya kau semakin berisi."

"Benarkah?" Yoojin mengangguk.

"Tentu saja, eonni mu bahagia bersama oppa." Sambar Hyuno.

"Woo kakak ipar." Yoojin merentangkan tangannya memeluk Hyuno. Hyuno membalas pelukan adik iparnya.

"Kau sudah lulus kuliah?" Yoojin mengangguk.

"Aku sudah mendapat izajah S2 ku. wae? Kau ingin merekrutku sebagai karyawanmu?" Hyuno tersenyum kecil lalu menggeleng cepat.

"Tidak ada lowongan atas gelarmu diperusahaan ku." Yoojin berdecih memukul lengan Hyuno pelan. Hyuno tertawa kecil.

"Kau sudah baikan Joon~a?" tanya Yoora. Joon mengangguk.

"Ne noona aku sudah lebih baik."

"Wuaahh sepertinya kalian sangat serasi." Goda Hyuno pada Joon dan Jeongsa.

"Tentu saja, Jeongsa selalu ada disampingnya sejak pagi tadi." Sambar Yeon. Joon mencibir kesal menatap Noonanya.

***

"Kau sendiri?" Taewoo duduk disamping Namhye yang hanya memandang saudara-saudara mereka ditempatnya. Gadis itu tidak menjawab ia hanya meminum birnya.

"Kau masih tidak ingin berbicara dengan ku?" tanya Taewoo lagi, Namhye masih bungkam. Berusaha menganggap jika ia hanya sendirian disana. "Namhye~a"

Namhye menyingkirkan tangan Taewoo yang meraih tangannya. Pria itu menghembuskan nafasnya pelan. "Mianhae, aku benar-benar minta maaf padamu." Namhye masih diam.

"Namhye~a" panggil Taewoo lagi, Namhye pura-pura tertawa dengan tingkah Taeguk dan Jieun yang menggila didepan sana. Taewoo ikut memandang kedepan melihat. Pria itu menundukkan kepalanya sembari menatap kaleng bir yang ia pegang.

"Arra, aku memang tidak pantas mendapatkan maafmu dengan apa yang kulakukan padamu dulu. Tapi aku masih tetap berharap maaf dari mu. Aku menyesal dengan semuanya yang kulakukan dulu padamu." Taewoo menghembuskan nafasnya pelan sebelum melanjutkan ucapannya.

Pria itu kembali memandang Namhye yang masih mengabaikannya. Senyum kecil tersungging dibibirnya, mengejek dirinya sendiri. Sekarang ia tau bagaimana perasaan gadis itu dulu saat ia mengabaikannya. Taewoo benar-benar terperangkap dalam permainan yang ia ciptakan sendiri. Ia masih beruntung Namhye tidak mengeluarkan kata-kata makiannya seperti yang ia lakukan pada Namhye dulu.

"Aku mencintaimu Namhye~a, sangat sangat mencintaimu. Ketidak hadiran dirimu didekatku membuatku seakan sangat merasa kehilangan. Maaf, aku memang bodoh baru menyadarinya ketika kau sudah muak dengan tingkahku padamu. Maaf aku tidak menyadarinya lebih awal, sampai membuat mu sangat membenciku seperti ini. Sekali lagi maaf atas semuanya, aku benar-benar menyesal. Tidak bisakah kau memaafkan ku untuk yang terakhir kalinya. Aku berjanji jika ini yang terakhir."

Taewoo memandang Namhye yang masih bungkam, menatap kearah saudara-saudaranya yang masih menggila dengan senyum kecilnya.

Namhye sebenarnya bukan tidak mendengar ucapan Taewoo. Gadis itu dengan jelas mendengar apa yang dikatakan pria itu. Tapi ia mencoba untuk tetap diam, walau hatinya sangat sakit, ia seakaan sesak, ingin mengeluarkan air matanya saat itu juga. Gadis itu menahannya dengan sekuat tenaga. Namhye tidak berani menatap wajah Taewoo, karena ia yakin hanya dengan menatap wajah pria itu ia akan luluh. Ia tidak ingin perjuangannya mengabaikan Taewoo selama ini berakhir dengan sia-sia hanya dengan kata maaf yang diucapkan pria itu.

THE BEGINNING Of BEAUTIFUL LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang