Taehyung keluar dari salah satu kamar yang berada di kediaman Ketua Park yang telah menjadi keluarga barunya selama dua tahun terakhir ini, dia menghentikan langkahnya tepat di atas tangga yang terhubung dengan halaman.
Seperti kebiasaan yang selalu ia lakukan hampir setiap waktu, dengan kedua tangan yang saling bertahutan di balik tubuh nya, dia mengedarkan pandangan nya ke seluruh penjuru. Melihat setiap aktivitas di sekitarnya dengan tatapan hangat dan juga seulas senyum yang melukis wajah tenang nya dengan begitu sempurna.
Tampak tak ada yang berubah dari dirinya sedikit pun, atau dia yang memang tidak bisa membuang kesan Putra Mahkota dalam dirinya. Dia kemudian hendak menuruni tangga, namun langkahnya terhenti di udara ketika ia mendapat sebuah teguran dari arah belakang.
"Ya! Kim Taehyung."
Taehyung kemudian memutar kakinya dan berbalik, namun tepat saat ia telah berbalik sebuah pedang yang masih terbungkus sarung hampir menghantam wajah nya dari samping jika saja ia tidak cekatan dan memblokir pedang tersebut menggunakan punggung tangan kirinya.
Dan tatapan yang sempat menajam untuk beberapa detik tersebut seketika kembali melembut saat ia kembali di hadapkan dengan sang ayah angkat yang bukan hanya sekali ini melakukan hal yang membahayakan bagi Taehyung, bahkan satu tahun yang lalu Namgil sempat membuat Taehyung berguling di lereng gunung sejauh sepuluh meter ketika mengajari nya berpedang, dan setelah satu tahun berlalu sepertinya naluri Taehyung terhadap bahaya yang mendekatinya semakin kuat.
"Berhenti melakukan nya, Abeoji sudah mengenai wajah ku kemarin lusa."
Namgil menghembuskan napas berat nya, merasa frustasi karna cara berbicara Taehyung yang begitu lembut. Meski setiap hari dia selalu mengajari Taehyung bagaimana caranya berbicara yang benar menurut nya dan tentu saja hal itu terlalu kasar bagi Taehyung yang pada dasarnya adalah seorang Putra Mahkota yang pernah di agung agungkan dengan kebijaksanaan nya.
Namgil kemudian menarik kembali pedang nya namun dengan cepat dia memukul puncak kepala Taehyung dan membuatnya mengernyit sembari memegangi puncak kepalanya, ketika Namgil benar benar menarik kembali pedang nya.
"Harus berapa kali ku katakan padamu? Berhenti menjadi orang baik! Kau kira dengan menjadi orang baik hal itu bisa menyambung nyawa mu?."
Taehyung kemudian menurunkan kembali tangan nya dan mengembalikannya ke belakang tubuh nya, mendengarkan nasehat yang menuntutnya untuk menjadi orang yang kejam menurut nya. Dan hampir setiap waktu ia mendengarkan hal hal semacam itu dari mulut Namgil.
"Harus berapa kali ku bilang padamu, berhenti menaruh tangan mu di belakang, berhenti tersenyum seperti itu dan satu lagi. Kenapa kau selalu menatap seseorang seperti kau yang akan memberikan hati mu pada mereka, eoh...? Bukankah sudah ku peringatkan untuk tidak tersenyum jika berada di luar. Kenapa kau susah sekali di peringat kan?."
Ucapan bernada kesal yang selalu sama setiap waktu, sebuah larangan bagi Taehyung untuk tersenyum di depan umum dan bahkan terkadang Taehyung tidak memiliki kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari seseorang karna Namgil lebih dulu menjawab nya, dan jika sudah seperti ini. Taehyung akan benar benar melunturkan senyumnya untuk sesaat meski tatapan hangat itu tidak pernah bisa ia hilangkan dari sorot mata nya.
"Kau mengerti tidak...?."
"Aku selalu berusaha memahami apa yang Abeoji inginkan, tapi apa yang di kehendaki oleh Abeoji. merupakan hal yang sangat sulit untuk di lakukan."
Namgil menggaruk bagian belakang telinga nya dengan tak sabaran ketika kembali mendengarkan perkataan yang terdengar begitu bijaksana tersebut, bahkan seribu kali pun dia mengajari Taehyung agar menjadi bangsawan yang normal. Sepertinya akan percuma karna dia di didik sebagai Putra Mahkota Joseon yang taat pada peraturan Istana.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LITTLE PRINCE [어린 왕자]
Historical Fiction🌾KDRAMA WATTPAD🌿 menceritakan tentang perjalanan Lee Taehyung, seorang Putra Mahkota Joseon untuk menuju tahtanya. Di mana terdapat sebuah klan yang menentang takdirnya sebagai Raja Joseon selanjutnya. Sebuah klan yang menjadi basis kekuatan dari...