Lembar 154

397 64 1
                                    

    Sore itu, Changkyun meninggalkan Paviliun belakang di mana ia selama ini tinggal untuk menyusul Jungkook yang siang tadi mendapatkan panggilan dari Lee Jeon. Dan karna permintaan Jungkook pula, Changkyun bergegas menyusulnya.
    Namun tanpa di sangka, saat dalam perjalanan. Tepatnya ketika ia melewati taman, langkahnya berhasil di hentikan oleh rombongan Hwagoon yang datang dari arah berlawanan.

    Padangan keduanya saling di pertemukan, mengingatkan Hwagoon pada insiden semalam yang hampir merenggut nyawanya. Namun meski begitu, tak ada sedikitpun kemarahan yang tercurah dalam sorot mata wanita muda itu meski dia berhak marah atas percobaan pembunuhan yang telah di lakukan oleh pemuda di hadapannya semalam.

    Langkah yang sempat terhenti itu kemudian kembali berjalan, memilih menghindar di bandingkan harus menyingkir untuk memberi jalan. Namun langkahnya kembali terhenti tepat saat ia hampir melewati Hwagoon.

    "Tunggu sebentar."

    Bukan hanya berhasil menarik perhatian dari Changkyun, melainkan juga Dayang Kepala yang berada di sampingnya. Tanpa mempedulikan pandangan Dayang Kepala, Hwagoon melangkah mendekati Changkyun. Menyisakan jarak dua langkah di antara keduanya.

    "Bisakah kau luangkan waktumu sebentar?" sebuah pertanyaan yang begitu mengejutkan.

    "Agassi." tegur Dayang Kepala, menyatakan penolakannya terhadap tindakan Hwagoon.

    Seakan tak mendengar apapun, Hwagoon kembali melontarkan sebuah pertanyaan, "ada beberapa hal yang ingin ku tanyakan padamu."

    "Agassi, tidak sepantasnya Agassi melakukan hal ini."

    Hwagoon berbalik, menghadap Dayang Kepala yang menolak keras keinginannya. "Tuan Muda Kim sangat dekat dengan Yang Mulia Putra Mahkota, aku hanya ingin menanyakan beberapa hal saja pada Tuan Muda Kim."

    Changkyun sedikit terkejut, namun tak tampak di wajahnya. Bukan karna gadis itu menyebutkan Putra Mahkota, melainkan karna gadis itu yang mengetahui namanya entah sejak kapan.

    Hwagoon kembali menghadap Changkyun. "Bisakah, kita bicara sebentar?"

    Changkyun sejenak terdiam, mencari keraguan dalam sorot mata gadis di hadapannya. Namun ia tak berhasil menemukannya dan pada akhirnya keduanya berakhir duduk saling berhadapan di atas sebuah perahu yang mengapung di atas danau, di mana Changkyun yang mengendalikan pergerakan perahu tersebut.

    Changkyun mendayung perahu dari tepi dan berhenti di tengah-tengah danau seakan ingin menghindari para Dayang yang tengah menunggu di tepi danau. Namun lebih dari itu, ia tidak ingin jika sampai ada orang yang mendengar pembicaraan mereka, terlepas dari apa yang ingin di tanyakan oleh Hwagoon padanya.

    Sama-sama duduk di ujung perahu di kedua sudut yang berbeda, pandangan keduanya kembali di pertemukan. Dan untuk sesaat, keduanya bertahan dengan saling berdiam diri, seakan tengah menguji kesabaran satu sama lain.

    "Bicaralah!" teguran pertama itu pada akhirnya datang dari Changkyun dengan suara berat yang terdengar begitu dingin.

    "Semalam..." Hwagoon menggantungkan perkataannya.

    "Lupakan bahwa aku pernah menemuimu sebelumnya." celetuk Changkyun, sama sekali tak berperasaan dan sama sekali tak menunjukkan sebuah penyesalan. Namun bukan penyesalan Changkyun lah yang Hwagoon cari saat ini.

    "Aku mendengarnya dan aku tidak ingin melupakannya."

    Kembali terdiam untuk beberapa saat, tampaknya Changkyun tak tertarik dengan pembicaraan keduanya, hingga ucapan Hwagoon setelahnya benar-benar mencuri perhatiannya.

THE LITTLE PRINCE [어린 왕자]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang