Lembar 070

723 110 84
                                    

Fajar yang kembali menyingsing bumi Joseon, membawa berita buruk untuk Young In yang segera bergegas melangkahkan kakinya menuju Paviliun Baginda Raja. Langkah yang begitu terburu buru seakan hendak meninggalkan rombongan nya, dan setelah berjalan cukup jauh dengan menahan air mata yang telah berada di pelupuk matanya, kebimbangan hati nya terjawab ketika ia benar benar melihat sosok Lee Jeon yang menatap kedatangan nya dengan wajah yang memucat yang kemudian menghancurkan pertahanan nya, bahkan sebelum ia mendapat jawaban apapun atas pertanyaan yang bahkan belum ia ungkapkan.

Air mata yang perlahan terlepas dari pelupuk mata nya ketika ia memalingkan wajah nya seakan tengah mencoba untuk menguatkan diri nya, namun sayang nya pertahanan nya runtuh tepat setelah Kasim Hong yang hendak berjalan keluar, melewati nya.
Young In jatuh terduduk di lantai dan menarik sekilas perhatian dari Kasim Hong yang kemudian berpura pura tidak melihat apapun dan meninggalkan ruangan tersebut dalam diam.

Lee Jeon pun bergegas menghampiri Young In dan langsung menjatuhkan satu lutut nya di hadapan Young In, di angkatnya bahu yang sedikit berguncang tersebut yang kemudian mempertemukan pandangan keduanya.
Young In tiba tiba mencengkram baju Lee Jeon, seakan tengah mengancam nya.

"Kau harus menemukan nya, bagaimana pun caranya."

Perkataan tegas yang di iringi dengan derai air mata seorang ibu, membuat Lee Jeon membawanya ke dalam rengkuhan nya.

"Aku yang bodoh, maafkan aku."

Gumaman penuh penyesalan yang hanya terucap untuk pengalihan dari kesedihan sang wanita yang di cintai nya, dan di hari itu juga Lee Jeon mengutus Prajurit rahasia untuk menyusuri Hanyang bahkan jika perlu ke seluruh Jeoson untuk menemukan sang putra yang tengah memilih jalan nya sendiri, dan tentu saja hal itu di lakukan secara diam diam, karna Lee Jeon tidak ingin siapapun mendengar kabar buruk yang mungkin saja akan menjadi kabar baik bagi beberapa orang.

Namun, keributan besar yang coba ia tutupi pada akhirnya sampai di telinga Kim Namgil, tepat setelah ia kembali menapakkan kakinya di dalam Gyeongbok-gung. Sebuah konspirasi yang kemudian ia yakini sebagai alasan kepergian Taehyung, sesuatu yang membuat langkahnya terhenti untuk berpikir sejenak tanpa menyadari bahwa saat ini dia masih bersembunyi di atas pohon tepat di sekitar Paviliun Baginda Raja, hingga sosok yang di bencinya seumur hidupnya kembali menyadarkan nya akan keberadaan nya kali ini.

Rahang yang tiba tiba mengeras seiring dengan matanya yang menajam tatkala siluet merah itu keluar dari pintu Paviliun, tanpa sadar ibu jari Namgil mendorong gagang Pedang nya dan membuat sebagian kecil dari pedang nya berkilauan tertimpa cahaya matahari.
Perasaan kuat yang menuntut keinginan untuk membalaskan sakit hati, kembali membelenggunya, akankah dia kembali mengulangi hal yang membuatnya harus mengasingkan diri dan menelantarkan kedua putra nya.

Ketika hatinya semakin mengeras saat itu juga dendam nya terpatahkan saat bayangan Taehyung yang tengah sekarat tiba tiba menghampiri benak nya. Dengan memendam kembali rasa sakit hati nya terhadap Ayah dari Taehyung, Namgil memutuskan untuk pergi begitu saja tanpa mengizinkan setetes darah pun menyentuh tanah di bawah pedang nya. Melupakan dendam nya, dia kembali untuk Taehyung.

Penantian Panjang Gyeongbok-gung

Menjauhi keributan yang terjadi di dalam Istana Gyeongbok, sudut lain di Hanyang. Tepatnya di kediaman Ketua Park yang terlihat lebih sibuk di bandingkan dengan hari hari sebelumnya, dan keributan itulah yang pada akhirnya menarik perhatian dari putri semata wayang nya yang secara diam diam menyimak keributan di kediaman nya sejak semalam.

Hwagoon yang sedari tadi terduduk di teras kamarnya segera beranjak setelah melihat Ayah nya keluar dari salah satu kamar yang berada di dalam kediaman nya.

THE LITTLE PRINCE [어린 왕자]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang