Lembar 061

726 101 47
                                    

MUSIC ON!!!.

Kembali terkubur dalam harapan, fajar yang membangunkan seluruh alam semesta, Si Rubah kecil yang terduduk lemas di sudut ruangan, membiarkan penglihatan nya tertuju pada sang Tuan yang terbaring lemah di tengah ruangan, tanpa memperdulikan beberapa orang yang terlihat keluar masuk ruangan tersebut. Masih sama dengan pakaian yang ia kenakan semalam, tampak bercak kemerahan yang membuat pakaiannya terlihat begitu kotor, dan bukan hanya itu bahkan tangan dan wajah nya pun sama.

Sejak semalam Si Rubah kecil itu terduduk seperti itu dan menolak meninggalkan tempatnya meski sekedar untuk membersihkan diri, air mata tersembunyi yang kadang menetes di saat tidak ada orang yang memperhatikan nya. Seperti sekarang, tepat setelah orang orang meninggalkan ruangan tersebut dan menutup pintu dari luar, setetes air mata terlepas dari sudut mata nya.
Untuk pertama kali nya, punggung yang selalu terlihat kuat tersebut bersandar dengan lemah, bahkan seolah olah ia yang tak mampu lagi untuk sekedar mengangkat bahu nya.

Perlahan pintu kembali terbuka dari luar dan baru kali ini Changkyun bersedia menggerakkan bola mata nya untuk melihat siapa kiranya yang kembali membuka pintu yang sebelum nya sudah tertutup rapat, mata sayu nya menangkap rok abu abu yang berdiri di ambang pintu, Changkyun mengangkat pandangannya dan kembali menjatuhkan pandangannya ketika penglihatan nya menangkap sosok Nyonya Park lah yang tengah berdiri di ambang pintu dengan tangan yang membawa baskom berisi air dan juga sepotong kain yang menyampir di lengan nya.

Dengan langkah yang halus, Nyonya Park melangkahkan kakinya dan menutup pintu dari dalam. Dia berbalik, dan bukan nya menghampiri cucu nya yang tengah sekarat, dia justru melangkahkan kakinya menuju tempat Si Rubah kecil yang kini menjatuhkan pandangannya, bertindak seperti sebelumnya seolah dia tidak melihat apapun di dalam ruangan tersebut melainkan Tuan nya.
Nyonya Park duduk tepat di hadapan Changkyun dan menaruh baskom yang ia bawa tepat di samping nya, di lihat nya pemuda di hadapan nya yang sangat berbeda dari sebelum nya. Jika sebelumnya dia masih bisa melihat cahaya kecil dalam sorot mata pemuda itu, kali ini cahaya kecil tersebut tampaknya telah menghilang.

"Mau sampai kapan kau akan duduk seperti ini di sini? Setidaknya bersihkan dirimu terlebih dahulu."

Sebuah nasehat yang bahkan entah yang keberapa kali nya menerpa pendengaran Changkyun pagi itu, namun berapa kali pun ia mendengar nya, dia hanya akan berpura pura tak mendengar dan melihat apapun.
Nyonya Park tersenyum tipis, dia kemudian mengambil sepotong kain yang berada di samping baskom, dia membasahi kain tersebut dengan air yang berada di dalam baskom dan kemudian menggunakan nya untuk membersihkan wajah Changkyun.
Changkyun sempat terkejut, dan hal itu membuatnya melihat wajah Nyonya Park dalam jarak sedekat itu.

"Kakak mu pasti akan marah jika saat dia bangun dan melihat mu dalam keadaan seperti ini."

"Hyeongnim" Batin Changkyun di saat ia tak ingin memberi respon apapun, namun juga tidak mengalihkan pandangannya pada Nyonya Park yang sesekali tersenyum tipis saat pandangan keduanya bertemu.

"Aku tidak tahu seberapa besar masalah nya. Tapi, bisakah kau mempercayakan semuanya kepada Kakak mu."

Setelah selesai membersihkan wajah Changkyun, Nyonya Park beralih membersihkan kedua tangan Changkyun.

"Kau masih sangat kecil, dan kau mengalami hal yang begitu menyakitkan. Kau sudah membuat Kakak mu itu khawatir, setidaknya katakan sesuatu pada nya ketika ia bangun nanti."

"Beliau, tidur terlalu lama sebelumnya."

Pada akhirnya suara berat Changkyun mengalun di telinga Nyonya Park yang sempat menghentikan pergerakan nya untuk sepersekian detik setelah ia menemukan ketakutan dalam suara Changkyun.
Nyonya Park kembali mengulas senyum tipis, meski dia pun sangat mengkhawatirkan kondisi cucunya saat ini, namun dia lebih memilih menutupinya dengan seulas senyum tipis, karna bagi seorang Tetua ada hal yang lebih penting yang harus di lakukan di bandingkan dengan menunjukkan kekhawatiran nya. Dan hal itu tidak lain adalah untuk menenangkan keadaan, seburuk apapun situasi nya para Tetua harus bisa mengendalikan keadaan dan mengenyampingkan perasaan pribadi, dengan begitu semua akan menjadi terkendali.

"Kau hanya perlu menunggu, karna Kakak mu tidak akan pergi kemanapun tanpa mengucapkan apapun."

Nyonya Park mengangkat wajahnya dan mempertemukan pandangan nya dengan tatapan sendu milik Changkyun.

"Untuk itu. Tetaplah menunggu nya, dan percaya padanya. Bisakah kau melakukan hal itu?"




THE LITTLE PRINCE




Telah terjadi keributan besar di Paviliun Putra Mahkota, di mana ketidak beradaan nya Jungkook di tempat nya dan tidak ada seorang pun yang tahu di mana dia berada, baik Kasim maupun para Dayang serta para Penjaga saling bahu membahu untuk mencari Jungkook dan membiarkan keributan hanya berada dalam Komplek Paviliun Putra Mahkota, karna masalah nya akan lebih besar jika sampai seluruh orang di delam Istana mengetahui tentang Jungkook yang tiba tiba menghilang.

Dan di balik semua kerusuhan yang terjadi di Paviliun nya, Jungkook dengan hati hati menyusuri jalan yang ia lewati. Dengan menggunakan baju Safari nya, serta sebilah pedang di tangan nya dia nekad melompati tembok belakang Istana tanpa memperdulikan resiko yang akan ia hadapi setelah nya hanya untuk bisa bertemu kembali dengan Taehyung, dan memastikan apa yang telah terjadi sebenarnya, kenapa Guru Heojoon mengatakan bahwa dia akan terbunuh, siapa dan karna apa. Sungguh, Jungkook benar benar tidak bisa sekedar bernapas dengan tenang sebelum melihat secara langsung wajah Taehyung.

Membuang gelar nya sendiri. Jungkook melangkahkan kakinya dengan mantap menuju Bukchon tanpa ada sedikit pun kekhawatiran jika saja orang orang dari Kakek nya akan melihat nya, seperti saat ini. Dewa telah menyiapkan sesuatu yang lain dari rencana Jungkook sendiri, karna Shin sendiri lah yang memergokinya tengah berada di Bukchon dan tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, dia bergegas menuju arah yang berlawanan dengan Jungkook.

Dengan langkah yang lebar, Shin menghadap Heo Junhoo di ruangan tempat ia bersantai setiap hari.

"Kabar apa yang kau bawa hari ini?" Tampak kehilangan antusias, Junhoo bertanya apa adanya seakan apapun kabar yang di bawa oleh Shin bukanlah hal yang begitu penting.

"Putra Mahkota tengah berada di Bukchon."

Tertegun, Junhoo menatap Shin tidak percaya. "Apa yang tengah di lakukan oleh cucu ku di Bukchon ini?"

"Beliau berjalan sendirian dan tampak terburu buru, di lihat dari arah yang beliau tuju, sepertinya beliau akan pergi ke Rumah Menteri Park."

Sebelah alis Junhoo terangkat ke atas. " Sendirian? Menteri Park." Tiba tiba saja Junhoo tertawa dan entah apa yang tengah di pikirkan nya sekarang.

Dan beberapa saat kemudian tawa itu mereda, dan di gantikan oleh tatapan nya yang menajam.

"Pergilah! Dan bawa orang orang mu."

"Apa yang harus hamba lakukan?"

"Bunuh dia!"



THE DYNASTY : CHAPTER 4
THE LITTLE PRINCE
10.03.2019

THE LITTLE PRINCE [어린 왕자]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang