Lembar 095

511 69 4
                                    

    Music On!!!

    Taehyung keluar dari kamarnya dan menutup pintu dari luar sebelum berjalan menyusuri teras rumah, berjalan ke arah kamar Ketua Park karna yang ia tahu semalam bahwa Namgil tidur di sana.
    Hanya berselang beberapa detik dia sudah berdiri di depan pintu kamar Ketua Park, perlahan tangan kirinya terangkat untuk mengetuk pintu, mendahulukan kesopanan di atas rasa penasaran nya tentang apakah ayah angkatnya itu sudah pergi atau belum.

    "Abeoji... Abeoji berada di dalam?"

    Dia sempat terdiam sejenak, menunggu respon dari dalam namun hal itu tak kunjung di dapatkan nya. Dia pun perlahan menggeser pintu hingga terbuka dan hanya ruangan kosonglah yang ia dapati, mungkin saja Namgil pergi pagi-pagi sekali sebelum dia bangun. Melihat hal tersebut pun Taehyung menuntup pintu dan berbalik, kembali menyusuri teras rumah."

    "Tuan Muda."

    Suara teguran yang berasal dari halaman berhasil menghentikan nya tepat di depan pintu kamar Hwagoon, dia pun memutar kakinya untuk menghadap ke arah seorang pekerja yang berada di halaman.

    "Apakah Tuan Muda sedang mencari Tuan Kim?"

    "Benar, apa dia sudah pergi?"

    "Ye, beliau pergi pagi-pagi sekali."

    Pekerja tersebut kemudian mendekat ke teras sembari mengulurkan sebuah surat yang terlipat di tangan nya pada Taehyung.

    "Tuan Kim menitipkan ini untuk Tuan Muda."

    Taehyung pun menerima surat tersebut. "Terimakasih."

    "Saya permisi dulu, jika Tuan Muda membutuhkan sesuatu. Saya berada di halaman belakang."

    "Aku akan mengingatnya." Ujar Taehyung yang di akhiri oleh seulas senyumnya, yang kemudian mengiringi langkah pekerja itu untuk berjalan menjauhi tempat nya.

    Taehyung pun segera membuka lipatan surat tersebut dan sedikit terkejut ketika hanya ada beberapa huruf yang di tulis sangat besar di sana, cukup singkat namun begitu tegas.

    "Jangan meninggalkan rumah!"

    Senyumnya melebar ketika ia membaca isi surat yang di tinggalkan oleh ayah angkatnya, dia sendiri bahkan penasaran kenapa Namgil selalu melarangnya keluar rumah terlalu lama. Dan seperti biasa, mau bertanya langsung padanya pun jawaban yang ia terima tidak lebih dari sekedar makian ataupun ledekan yang pada akhirnya mengurungkan niatnya untuk kembali bertanya. Dia pun kembali melipat surat tersebut dan hendak kembali ke kamarnya, namun baru selangkah dan dia kembali terhenti.

    Dia mengarahkan pandangan nya pada pintu kamar Hwagoon dan kemudian memutar kakinya menghadap ke pintu dan berjalan mendekat ke arah pintu, tangan nya terangkat ke udara dan berakhir dengan telapak tangan yang menyentuh pintu tersebut dengan seulas senyum tipis yang menghiasi kedua sudut bibirnya. Hampir dua minggu sejak kepergian gadis itu dan kekosongan di hatinya semakin melebar ketika ia tak mendapati senyuman hangat dari gadis tersebut.

    Setelah sempat terdiam beberapa saat tangan nya beralih untuk membuka pintu dan setelahnya langkah kaki itu berjalan masuk kemudian menutup pintu dari dalam, dia mengarahkan pandangan nya ke seluruh penjuru ruangan yang terlihat begitu rapi meski dia sadar bahwa tindakan nya masuk ke dalam kamar seorang gadis ini merupakan tindakan yang lancang. Dan inilah kali pertama dia bisa melihat bagaimana kamar Hwagoon.

    Setelah pandangan nya puas menjelajah isi kamar tersebut, dia perlahan melangkahkan kakinya ke tengah ruangan yang terasa begitu dingin ketika di tinggal oleh pemiliknya. Perhatian nya tersebut kemudian teralihkan oleh sesuatu yang berada di sudut ruangan.

    Dia menghentikan langkahnya tepat di depan nakas kecil yang hanya setinggi pinggang nya, dimana di atas nakas tersebut terdapat pakaian Hwagoon yang terlipat dengan rapi. Meski tahu itu adalah tindakan kurang ajar, tapi pikirkan lah kembali bahwa Hwagoon pernah menjadi calon istrinya sebelum insiden mengerikan itu terjadi.

    Perlahan tangan Taehyung terangkat ke udara, jemarinya dengan hati-hati menyentuh Hanbok yang sering di kenakan Hwagoon hingga jemarinya tersebut yang berhasil mendapatkan tali kecil pada Hanbok tersebut. Sangat lembut, kain sutra yang menjadi bahan dasar dari Hanbok yang di pakai oleh gadis tersebut. Namun selembut apapun itu tak akan lebih lembut dari pakaian yang di kenakan oleh seorang Putra Mahkota.

    "Mianhanda, sudah membuat mu menunggu selama ini."

    Monolog pertama yang ia ucapkan, mengutarakan tentang kebenaran yang tidak sengaja ia ketahui. Kebenaran tentang gadis yang sampai sekarang masih menunggu sosok Putra Mahkota yang akan mempersunting nya, sebuah ketidak sengajaan yang membuatnya merasa bersalah.
    Bersalah karna hanya bisa memberi harapan pada gadis itu tanpa bisa menepatinya, atau bahkan mungkin seumur hidupnya dia tidak akan pernah bisa menepati janji nya karna pada kenyataan nya dia tidak akan mungkin kembali menduduki tahta Putra Mahkota untuk yang kedua kalinya.

    Berkata jujur? Jika dengan sebuah kejujuran bisa mempertahankan segalanya, mungkin saja dia akan berpikir dua kali untuk mengatakan sebuah kejujuran tersebut, namun pada kenyataan nya kejujuran adalah hal yang paling sulit untuk di lakukan.
    Entah apapun alasan nya, terkadang seseorang lebih memilih menyembunyikan sesuatu dan mempertahan kan apa yang telah ia genggam di bandingkan mengungkapkan kebenaran dan melepaskan sesuatu yang telah ia genggam.

    Baik Namgil yang berbohong pada Taehyung, Ketua Park yang berbohong pada putrinya, dirinya yang berbohong kepada semua orang. Tidak ada yang berbeda dari ketiganya, mereka sama-sama memilih kebohongan dan mempertahankan apa yang telah mereka genggam. Dan satu-satunya korban dari kebohongan mereka adalah gadis muda bernama Park Hwagoon.

    "Kau sudah menunggu ku selama ini, jadi sekarang. Biarkan aku yang menunggu mu, Agassi."

    Sebuah kerinduan yang kemudian membimbing pandangan nya mengikuti cahaya yang masuk melalui celah jendela, yang tak mampu membuatnya melihat apa yang berada di luar sana, yang membuatnya tak mampu mengetaahui sebuah kebenaran bahwa bukan hanya dia yang tengah menunggu. Melainkan ada lebih dari satu orang yang menunggu kepulangan, satu orang yang di selimuti keputus-asaan dan satu orang yang bersiap untuk mengubur harapan nya dan pergi.

    Di tempat yang begitu jauh dari tempatnya, di sanalah ketakutan itu mulai membelenggu Jungkook yang masih setia terduduk di samping sang Rubah yang tak kunjung sadarkan diri dan membuat raut wajahnya yang sebelumnya terlihat begitu khawatir justru berubah menjadi datar, seakan ia yang tak ingin di ganggu oleh siapapun.
    Dia menutup telinganya dengan mulut yang terkatup rapat, hanya menunggu tidak akan membuat mu mati, tapi mungkin seseorang akan pergi tanpa kau sadari saat kau tengah menunggu.

    Dalam ruangan yang begitu hening, satu persatu petugas dari Balai Pengobatan pergi meninggalkan tempat itu dan hanya membiarkan Jungkook seorang yang tetap terduduk di tempatnya setelah sebelumnya dia mengusir kedua Kasim yang selalu menjaganya.
    Dia kemudian menggunakan tangan kanan nya untuk menggenggam telapak tangan yang begitu lemah tersebut yang justru semakin menyakiti hatinya ketika ia menyadari bahwa telapak tangan Changkyun tidak pernah selemah itu. Tangan itu selalu kuat, itulah yang di ketahui oleh Jungkook selama ini.

    Tatapan dingin nya seketika melembut ketika ia mengarahkan pandangan nya pada wajah Changkyun yang tertidur dengan damai seperti yang pernah terjadi pada Taehyung dulu, Jungkook ingin tahu alasan nya, alasan kenapa mereka tidur dalam waktu yang lama.
    Dia ingin tahu alasan nya dan jika perlu, dia juga ingin tidur selama itu. Dia ingin tahu akhir dari semua ini, tapi dia tidak ingin menemui kenyataan yang sama dengan yang pernah terjadi pada Taehyung, dia tidak ingin dan hal itu semakin membuat ketakutan nya semakin bertambah.

    "Kau tahu, kau membuat ku takut. Cukup Hyeongnim yang meninggalkan ku, kau tetap di sini bersamaku."



Selesai di tulis : 27.05.2019
Di publikasikan : 28.05.2019

THE LITTLE PRINCE [어린 왕자]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang