Lembar 101

437 59 47
                                    

    Kesunyian yang semakin ia rasakan setelah menatap netra gadis muda di hadapan nya, telah membuatnya pergi terlalu jauh ke masa lampau dan membuatnya kembali pada kenyataan dengan satu nama yang kembali mengisi ingatan nya. Perlahan mulut itu terbuka dan hanya mampu mengeluarkan sebuah gumaman.

    "Yeon, kah?"

    Senyum yang menunjukkan kesedihan itu akhirnya menghiasi sudut bibir Yeon untuk pertama kali nya. "Ye, Yeon imnida. Naeuri masih mengingat ku?"

   Tatapan sayu itu kemudian terjatuh dengan seulas senyum menyedihkan yang terlihat bagai sebuah keajaiban, namun saat itu juga. Kelopak matanya tak lagi mampu menampung air mata, sehingga air mata itu lolos dan mengenai salah satu punggung tangan nya seiring dengan kata yang kembali ia gumamkan.

    "Bagaimana aku bisa melupakan mu."

    Sebuah lirihan yang kemudian berubah menjadi sebuah isakan kecil di saat kepalanya tertunduk dengan lemah, dan hal itu pula yang membuat Yeon tak mampu menahan air matanya, dia tersenyum namun sayangnya air matanya tak bisa berhenti untuk keluar dan dia kemudian menggunakan telapak tangan nya untuk menutupi bibirnya yang bergetar ketika ia berusaha tak mengeluarkan isakan di saat justru sang Rubah benar-benar menangis sekarang.

    Yeon. Gadis kecil Seongsucheong yang menjadi teman kecil Kim Changkyun, tidak. Bahkan lebih dari itu, gadis kecil yang kini telah tumbuh menjadi gadis muda yang sangat cantik itu adalah gadis yang telah menyegel hati sang Rubah di Seongsucheong.
    Seorang gadis kecil yang ikut menghilang bersama ayah dan kakaknya di waktu yang hampir bersamaan, gadis kecil yang selalu ia tunggu di halaman Seongsucheong dan gadis kecil yang kini kembali padanya sebagai sosok wanita cantik.
    Keduanya bahagia atas pertemuan ini, namun keduanya sangat menyesalkan bahwa mereka harus di pertemukan dalam keadaan seperti ini.

    Dan Guru Heojoon lah yang menjadi saksi bisu atas pertemuan mereka, ketika ia lebih memilih untuk diam di luar jendela dan dengan apa yang di dengarnya kini maka semakin rumitlah bagi mereka untuk mengetahui identitas dari Dayang muda tersebut karna pada kenyataan nya sang Rubah benar-benar mengenal nya dengan sangat baik.


Pangeran Tersembunyi Joseon


    Setelah tangis di antara keduanya mereda, tinggalah keheningan di saat mulut yang belum mampu berucap dan hanya membiarkan tatapan sayu yang sarat akan kerinduan menjadi pengganti kata yang tak mampu terucap. Hingga sang gadis yang kemudian mulai membuka mulut nya terlebih dulu.

    "Aku senang karna Naeuri masih mengingat ku."

    "Kenapa tidak mengatakan, bahwa kau ingin kembali sebelumnya?" Sebuah tuntutan yang bahkan terdengar begitu pasrah di saat ia yang bahkan tak mampu untuk mengangkat tangan nya sendiri.

   "Aku tidak tahu, bahwa aku akan pergi jauh waktu itu. Lebih dari itu, aku tidak yakin bahwa aku bisa menemui Naeuri kembali setelah pergi." Yeon menjatuhkan pandangan nya setelah penyesalan nya datang membelenggu kebahagian nya di saat mulut itu kembali bersuara.

    "Aku minta maaf karna harus datang lagi menemui Naeuri."

    "Wae?" Teguran lemah yang kemudian membuatnya kembali mempertemukan tatapan sayu keduanya yang tergenang oleh air.

    "Sepertinya kau menyesal, bertemu dengan ku?"

    Terdapat kekecewaan dalam nada bicara nya, ketika ia berpikir bahwa gadis yang selalu ia tunggu justru menyesal akan pertemuan mereka.

    "Jika aku menyesal, bagaimana pun caranya aku tidak akan pernah menginjakkan kaki ku lagi di Istana Gyeongbok."

    Seulas senyum lemah kembali terlukis di sudut bibir Changkyun, sebuah senyum miris yang di tujukan untuk meratapi nasib nya dan membimbingnya untuk membuang pandangan nya ke samping dengan sandaran kepala yang terasa semakin melemah setiap waktunya.

    "Harusnya kau mengatakan bahwa kau menyesal, harusnya kau tidak pernah kembali. Karna sebentar lagi, aku akan menyusul Tuan ku." Sebuah gumaman yang berakhir dengan kembali jatuhnya air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Inilah kehancuran sebenarnya dari sang Rubah.

    "Naeuri tidak akan pergi kemana-mana." Tegas Yeon dengan suara lembut nya yang justru membuat kelopak mata Changkyun menutup secara perlahan.

    "Aku ingin segera bertemu dengan nya."

    Sebuah pengaduan yang baru terucap setelah dua tahun penantian nya, sebuah pengaduan yang menunjukkan bahwa dia benar-benar terluka. Sebuah pengaduan di mana ia yang telah melepaskan pijakan nya.

    "Aku akan mati seka-"

    "Bertahanlah!" Sergah Yeon yang menghentikan perkataan Changkyun hingga kedua kelopak mata tersebut kembali terbuka dan secara perlahan kembali jatuh pada gadis di hadapan nya.

    "Aku benci, aku benci harus seperti ini. Kenapa semuanya pergi? Kenapa hanya aku yang di tinggalkan?"

    Perlahan isakan itu kembali keluar dari mulut nya di saat apa yang ia katakana benar-benar telah membuat dadanya terasa di tusuk oleh ribuan pedang dalam waktu yang bersamaan hingga hanya tersisa sebuah lirihan yang berhasil keluar dari mulut nya.

    "Aku hanya ingin pergi, tidakkah kau tahu bahwa ini menyakitkan?"

    Tangan lemahnya kemudian meraih tangan Yeon dan mencoba menggenggamnya. "Bunuh aku! Aku tidak bisa lagi, aku mohon bunuh aku sekarang. Yeon-a...."

    "N-naeuri..."

    "Bunuh aku! Aku mohon bunuh aku sekarang."

    Yeon menggeleng pelan penuh penekanan di saat ia berjuang untuk menahan tangisnya sendiri, bahkan kematian pun mungkin akan lebih baik baginya di bandingkan dengan harus melihat Tuan Muda nya memohon kematian padanya sembari menangis.
    Kemanakah perginya si Rubah dingin yang bahkan lebih dingin dari pada sinar rembulan malam tersebut, semua hancur berkeping, runtuh melebur ketika ia menginginkan sebuah kematian. Sebuah keputus-asaan yang tertimbun yang bahkan Taehyung sendiri tidak menyadari nya.

    "Aku mohon."

    Tak mampu mempertahankan pertahanan nya, dengan lancang nya dia langsung menarik tubuh lemah Changkyun dalam rengkuhan nya. Membiarkan isakan akan kesakitan itu teredam oleh rengkuhan nya dengan kedua tangan yang menahan kedua bahu yang berguncang.
    Menyisakan tangis tertahan dan tanpa suara ketika hatinya tengah mengutuk wanita tua yang membuat Tuan Muda nya menginginkan sebuah kematian, dia membencinya. Gadis itu berna-benar membenci hal ini, hingga tanpa sadar kebencian nya tersebut telah mengotori tatapan sayu nya yang perlahan menggelap penuh dengan kebencian.


Selesai di tulis : 27.06.2019
Di publikasikan : 06.07.2019






THE LITTLE PRINCE [어린 왕자]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang