Di saat Joseon di selimuti oleh kegelapan, saat itulah waktu yang tepat bagi Lee Jeon untuk menyusupkan Ketua Park ke dalam Paviliun nya meski tanpa ia ketahui bahwa kabar angin diam diam telah menyampaikan rencana nya atas pemanggilan Ketua Kelompok Pedagang tersebut kesana.
"Hamba, Park Seonghwa. Memberi hormat kepada Yang Mulia Raja." Ujar Ketua Park yang bersimpuh di beberapa langkah di hadapan Lee Jeon yang terduduk di tengah ruangan tepat di belakang meja kecil.
"Kemarilah! Hyeongnim." Lee Jeon bersuara, membimbing langkah Ketua Park untuk mendekat dan duduk berhadapan dengan sang penguasa Joseon yang di penuhi beban yang terlihat di garis wajahnya.
"Sebelumnya aku minta maaf, karna ini terkesan begitu buru-buru. Aku minta maaf karna tidak membiarkan Hyeongnim untuk beristirahat terlebih dulu dan malah menyuruh mu datang kemari."
"Yang Mulia tidak seharusnya meminta maaf kepada hamba yang rendahan ini. Sebuah kehormatan bagi hamba, bisa memenuhi undangan dari Yang Mulia."
"Kau pasti sudah tahu tujuan ku memanggil mu, bukan?
"Terlepas dari kepekaan hamba, akan menjadi lebih jelas jika Yang Mulia bersedia mengatakan nya langsung pada hamba."
"Berikan putri mu padaku." Cetus Lee Jeon dengan pengucapan seakan ia yang tak memiliki waktu lagi untuk sekedar basa-basi, dan saat itu seulas senyum terlihat menghiasi kedua sudut bibir Ketua Park.
"Bagaimana hamba mampu memberikan sebuah jawaban di saat hamba tidak bisa menyanggupi nya."
Terdapat sedikit keterkejutan di wajah Lee Jeon. "Kenapa? Apa kau sudah menikahkan putri mu?"
"Bukan begitu yang hamba maksud. Hanya saja, ada seorang pemuda yang tengah menjaganya saat ini. Bisakah hamba menyanggupi nya jika pada kenyataan nya, hamba tidak berhak untuk memberi sebuah jawaban."
Lee Jeon memalingkan pandangan dengan gusar sebelum akhirnya mengembalikan pandangan nya pada Ketua Park. "Masih belum terlambat, aku mohon bantulah aku."
"Apa yang bisa di lakukan oleh seorang rakyat untuk Raja nya selain dengan mendoakan bahwa beliau selalu di berikan kesehatan."
"Demi masa depan Joseon, berikanlah putri mu padaku."
"Hamba tidak bisa memberi jawaban, karna hanya putri hamba sendirilah yang memiliki jawaban nya."
"Kalau begitu, aku akan menunggu jawaban dari putri mu."
Ketua Park sejenak terdiam, mencari celah untuk menolak namum sayang nya. Seperti nya Lee Jeon tidak akan mundur dengan mudah.
"Lalu bagaimana dengan pemuda yang saat ini tengah menjaganya? Sampai hatikah hamba untuk mengusirnya?"
"Aku akan memberinya sebuah jabatan. Tolong pikirkanlah masa depan Joseon, aku tidak mungkin membiarkan putra ku mempersunting gadis dari Klan Heo. Hanya putri mu lah yang pantas untuk bersanding dengan Putra Mahkota."
"Lalu bagaimana dengan putra Yang Mulia, yang satu lagi?"
Pertanyaan fatal yang membuat mulut Lee Jeon bungkam, tampak penyesalan yang mendalam pada sorot mata yang jatuh pada meja di hadapan nya tersebut.
"Mohon maaf atas kelancangan hamba, tapi bukankah ini tidak adil bagi Pangeran Taehyung?"
"Taehyung, Lee Taehyung." Gumam Lee Jeon penuh dengan keputus-asaan.
"Aku tidak percaya ketika orang-orang mengatakan bahwa dia sudah mati, bagaimana bisa menentukan nasib seseorang berdasarkan sebuah bintang? Tapi hingga detik ini, berapapun orang yang sudah ku kirim. Tidak ada satupun dari mereka yang membawa kabar tentang anak itu, jadi apa yang harus ku lakukan sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LITTLE PRINCE [어린 왕자]
Fiksi Sejarah🌾KDRAMA WATTPAD🌿 menceritakan tentang perjalanan Lee Taehyung, seorang Putra Mahkota Joseon untuk menuju tahtanya. Di mana terdapat sebuah klan yang menentang takdirnya sebagai Raja Joseon selanjutnya. Sebuah klan yang menjadi basis kekuatan dari...