Chapter 3

470K 6.2K 384
                                    

"Lo serius pindah Li?". Tanya Cemal masih tak percaya sahabatnya akan pergi.

Ali hanya mengangguk lesu.
"Sekarang uda semester akhir,ngga nunggu sampai lulus aja?".

"Gua tau,gua juga berat harus ninggalin kota ini,ninggalin lo sahabat terbaik gue,dan Prilly". Kata Ali semakin menautkan raut wajah sedih.
"Tapi ini keputusan yang udah di rundingkan sama papa"lanjut Ali.

"Jika ini terbaik buat lo dan keselamatan keluarga lo,gue cuma pesen gue nggak akan pernah lupain persahabatan kita". Ucap Cemal menepuk bahu Ali,ia hanya tersenyum.

"Gue keluar dulu ya,pusing gue". Ucap Ali seraya peefi dengan kepala tertunduk tanpa ada semangat.

Ali hanya diam,diam,dan diam. Ia tak tahu harus kemana,hanya mengikuti langkah kakinya yang ternyata membawanya ke ruang musik sekolah.

Tanpa pikir panjang ia meraih sebuah gitar dan memetiknya...

"Coba lari dari kenyataan tapi ku tak bisa...jauh..jauh darimu..
Dan tak bisa jauh,jauh,jauh..darimu"

Tak terasa butiran air mata jatuh dari kedua mata indahnya. Ali tak pernah secengeng ini,tapi entah mengapa masalah yang menhampirinya saat ini membuat hatinya lemah.

Teringat saat ia dulu pertama kalinya bertemu dengan Prilly,cewek ambon berpipi chuby yang aneh dengan tingkahnya membuat Ali menaruh perhatian lebih pada Prilly.

Saat itu hujan sangat deras,ia terjebak di halte bus karena nasib sial menimpanya. Ban sepeda motornya bocor,mau tidak mau ia meneduh di halte bus yang tidak jauh dari sekolah.

Tiba-tiba muncul seorang cewek berlari kecil...

"Mau pulang ya". Ali menyapa Prilly yang terlihat kedinginan basah kuyup.

Prilly hanya mengangguk tersenyum.

"Ini..". Tanpa pikir panjang Ali memberikan jaketnya,ia tak mau menyia-nyiakan waktu yang telah mempertemukan mereka berdua.

"Eng..enggak usah ngga apa-apa kok". Tolak Prilly malu.

Sontak Ali membuang jaketnya di tengah guyuran hujan.

"Kalo kamu nggak mau,aku rela kedinginan juga biar kita sama". Ucap Ali menerawang jauh ke depan.

Ali tahu,saat itu Prilly menatapnya lekat-lekat tapi ia tetap tak membalas tatapan Prilly.

"Kamu tahu?". Tanya Ali mulai gugup.

"Apa?"

"Aku ingin menjagamu,menjaga hatimu. Melindungimu dengan kasih sayang yang ku punya".

"Ali..". Prilly menatap Ali heran,tapi dia tersenyum.

Ali menarik pelan kepala Prilly agar bisa bersandar di bahunya.

"Aku tak ingin mengumumkan dengan sebuah status,aku hanya ingin membuktikkan dengan bukti yang terpampang bukan dengan omongan di bibir saja". Kata Ali mantap dan menatap tajam mata Prilly.

Ali tersadar dari lamunannya,kenangan yang indah itu semakin membuat dirinya kalut dan semakin berat jika harus meninggalkan Prilly.

Di usianya yang masih sangat muda,ia mempunyai beban yang besar untuk negaranya.

Bukannya tidak senang,itu memang kemaunnya dan ini lah sebagian resiko yang harus ia dapat.

Ia beranjak dari duduknya dan menuju sebuah drum.

*DAGSDUGDAGDUDDAGDESSDUGDAGDES*

Suara pukulan demi pukulan Ali pada sebuah drun di hadapannya yang tak beraturan. Ini salah satu luapan emosinya yang penuh di dalam otaknya.

"Itu suara apa sih? Baru belajar drum atau gimana sih?". Omelku kesal.

Suara gebukan tak beraturan Ali ternyata terdengar sampai telinga Prilly.

Memang saat itu Prilly masih melaksanakan hukuman aneh dari Bu Citra di luar kelas hingga ia  bisa mendengar suara bising yang bikin kepala pusing.

Prilly pun semakin penasaran,

" siapa sih orang yang nggak ada kerjaan main gebuk-gebuk drum kayak orang kesurupan". Gumamku.

"Kabur dulu ah". Ucapku seraya berlari kecil mengintip ke dalam kelas,ternyata Bu Citra sibuk berkutat dengan papan tulis.

"Yes !!bisa kali kabur bentar". Teriakku dalam hati.

Dengan sangat hati-hati kulangkahkan kakiku menuju ruang musik yang memang tidak jauh dari kelasku.

Sesampainya di depan pintu,ku intip dari  celah kaca di tengah-tengah pintu itu. Samar-samar kulihat seseorang memang sedang kalap menggebuk drum," cowok". Batinku.

Kubuka pintu,dan mengendap-ngendap menghampirinya tanpa ia sadari karena suara drum itu lebih keras dari langkah kakiku.

"Ali". Teriakku dengan wajah tak percaya hingga membuyarkan permainan kacau Ali,tidak seperti biasanya ia seperti itu.

Bagaimana aku tidak terkejut,seorang jagoan drummer sekolah memainkan drum seperti anak baru melihat drum saja .

Terlihat pada wajahnya ia tampak kacau,terkejut juga atas kehadiranku.

Matanya memerah," Ali menangis?". Batinku.

*****

Di sebuah ruangan tertutup yang hanya terdiri dari beberapa kursi dan meja.

Tiba-tiba...

*BRUAKKK !!!* Seorang pria menggebrak meja yang ada di depan putrinya.

Aku dan Kamu.Kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang