"Syarat?".
"Iye,gampang kok lo jangan lirik cewek sana-sini kasian dong Prilly gua jagain tapi lo malah nge gebet yang lain".
"Hahahahaha asal lo kalo ngomong". Tawa renyah pada perpisahan kami di akhiri dengan jabat tangan seorang sahabat.
"Sukses bro". Pesan Cemal.
Ali kembali masuk ke dalam mobilnya,menekan gasnya.
Selang beberapa menit ia sudah sampai di depan rumahnya.
Kaia dan Papa yang memang sudah menunggu langsung masuk ke dalam mobil karena waktu sudah mulai mengejar mereka.Semua sudah lengkap,Ali mulai menjalankan kembali mobil putih yang membawa mereka menembus jalanan merayap kota metropolitan.
****
Satu hari ku lewati masih dengan perasaan yang tidak tenang.
Aku tidak berangkat ke sekolah. Pikiranku masih kacau,jika kupaksakan sekolah semua akan menjadi semakin kacau.
Aku tak ingin itu terjadi.
Beberapa kali telphone masuk dari Mila ku abaikan,bahkan Cemal yang hampir tidak pernah menghubungiku kini mulai rajin bertanya keadaaanku.Tidak ada satu pun yang kubalas,karena yang aku tunggu hanya Ali.
Sudah kucoba beberapa kali menghubunginya tapi nihil.
Tak ada balasan sms,bahkan handphonennya sudah tidak aktif lagi.
Hanya air mata yang terus menerus mengalir saat aku mengingat Ali.Aku selalu gelisah saat tidak tau sama sekali kabar darinya.
Satu hari,dua hari ,tiga hari,satu minggu berlalu. Selama itu juga aku tak keluar dari rumah.
Keadaanku semakin berantakan.