Tanpa menjawab pertanyaanku,Ali memelukku erat,erat pelukan yang akan sangat kurindukan,kuluapkan tangisku di pelukannya.
Aku tahu ia pasti juga meneteskan air mata meskipun ia berusaha kuat di depanku.
"Ingat ya sayang". Ucap Ali menghapus air mataku. "Jaga diri kamu baik-baik,jaga hatiku yang ada di sini". Tunjuknya di dada.
"Kamu harus yakin,meski nantinya kita akan jauh terpisah oleh jarak dan waktu,hatiku takkan pernah mau pergi dari kamu". Lanjutnya,matanya mulai memerah berkaca-kaca menahan air mata yang akan jatuh dari pelupuk matanya.
"Kamu janji,nanti kamu akan datang lagi kan?". Tanyaku masih ragu jika Ali akan kembali kepadaku seperti apa yang ia katakan tadi.
"Aku janji,aku janji,demi kamu. Demi kita. Aku janji akan datang menjemputmu menuju kebahagiaan. Karena aku nggak ingin ngelihat kamu sedih nangis kayak gini,aku nggak mau." Ucapnya meyakinkanku.
"And I...
Tears stream down your face
I promise you i will learn from my mistakes..." Tiba-tiba handphone Ali berdering membuat ia melepaskan pelukannya dan merogoh saku celananya."Papa".
Tertera nama papanya di layar handphone miliknya.
"Ali kamu harus keluar dari sekolah sekarang juga,ada seseorang yang memata-matai kamu. Jangan buang-buang waktu jika ingin selamat. Waspadai sekitarmu". Ujar papanya yang membuat Ali sedikit panik.
Bukan karena ia takut atau keselamatannya terancam,tapi karena ia bersama Prilly. Ali tak ingin profesinya membahayakan wanita yang ia cintai.
Apalagi sampai Prilly terluka,mungkin itu penyesalan terbesar dalam hidupnya.