Chapter 85

101K 2K 23
                                    

Tak lupa ia memesan makanan agar setelah mandi ia bisa menyantap makanan tersebut.

****

"Prilly kamu kenapa nak?". Tanya Nenek Sri yang melihat Prilly sedang gelisah di teras depan.

Aku menggeleng,"nggak apa-apa kok Nek".

"Jangan bohong,nenek perhatikan kamu gelisah,liat handphone,mondar-mandir sana sini".

"Huuuuuhhhfffff". Aku menarik nafas panjang,memang aku tidak bisa berbohong pada nenek Sri.

"Alii...dari tadi aku telphone tapi nomernya nggak aktif Nek".

"Mungkin dia sedang sibuk sayang,cobalah tenang. Kalian kemaren juga baru menyelamatkan Bapak Presiden mungkin ia sangat kelelahan". Jelas Nenek Sri yang memang ada benarnya.

"Aaaaaaaaaaa!!". Tiba-tiba terdengar suara teriakan Raja dari dalam rumah.

"Raja!". Pekikku seraya berlari secepat mungkin menuju sumber suara.

Nenek Sri juga mengikuti karena takut terjadi apa-apa.

"Raja,kamu dimana. Raja!". Teriakku membuka pintu demi pintu yang ada di dalam rumah.
Lantai satu hingga lantai dua.

Hingga ku temukan ia di dapur,menaiki kursi memegang sebuah mangkuk sereal dan sebuah sendok di genggamnya.

"Ada apa,kenapa kamu teriak?". Tanyaku pada Raja.

"Hehehehe..ada tikus". Jawab Raja dengan cengiran yang terlukis pada bibirnya.

"Ya ampuuunnnn,cuma gitu doang kamu takut. Gimana mau bela diri!". Bentakku kesal.

"Refleks kak,kaget". Jawabnya turun dari kursi.

"Bodo!". Prilly kembali masuk ke dalam kamarnya dengan hati dongkol.

"Ada-ada aja". Gumamku seraya duduk di meja tata riasku.

Tangan Prilly tergerak saat ia melihat sebuah album foto.

Di bukanya perlahan,tertata rapi foto saat ia masih SMA dulu.

Terukir senyuman manis di bibirnya saat ia melihat foto dirinya bersama kekasihnya,Ali.

Sudah hampir lima tahun meteka menjalin kasih,senang,sedih,susah.
Bahkan ketika ia jatuh Ali lah yang membangkitkannya kembali.

Air matanya menetes,membasahi foto mereka.

"Pengorbanan cinta kita begitu besar,Tuhan. Jika ia memang tercipta untukku,jagalah dia untukku". Bisik Prilly seraya memeluk foto itu.

*BRUAK*

*DOR*

"Cepat,berikan surat itu!". Sayup-sayup terdengar suara kegaduhan di lantai bawah.

Suara gebrakan bahkan sebuah tembakan.

Prilly bangkit dari duduknya,ia mengusap wajahnya yang basah karena air mata.

"Ada apa lagi sih,emang gue buronan apa! . Di grebek mulu". Umpatnya mengambil sebuah senjata di laci mejanya.

Benar saja,ia membuka pintu kamar dan menuruni anak tangga.
Yang terlihat adalah lebih dari sepuluh orang laki-laki telah menyandra Nenek Sri dan Raja.

Mereka dalam dekapan pisau yang jika sedikit saja bergerak,leher mereka akan tergores.

"Siapa kalian!". Bentakku.

"Lo jangan sok nggak ngerti,serahin surat-surat rumah ini. Sekarang!!". Bentak salah satu laki-laki yang memegang sebuah katana di tangannya.

"Kalau gue nggak mau?". Tanyaku tersenyum licik melangkahkan kaki ke depan laki-laki itu.

"Mereka jadi imbalannya".

"Kak,kakak. Kak prilly leher Raja sakit..".

Rintih Raja,raut wajahnya memelas,ia kesakitan.

Nenek Sri diam,dia tidak berani bergerak.
Dekapan laki-laki itu saja sudah membuat ia susah bernafas.

Prilly sejenak menatap Raja dan Nenek Sri.

"Lepasin mereka,kalau nggak. Gue bunuh kalian!". Ancamku bersiap mengekuarkan sebuah katana dari balik punggungku.

"Tangkap dia!"

"Ha,hiyakkk". Prilly mencoba melawan,tapi sial. Dirinya kalah cepat dari dua orang di sampingnya yang siap mencengkeram tubuhnya.

"Shiit !! Lepasin gue,lepasin". Ucapku meronta,tapi genggaman kedua orang laki-laki itu lebih kuat darinya.

"Bawa dia keluar,usir!". Perintah laki-laki yang sejak tadi berbicara dengannya.

Kedua orang yang memegangi Prilly menyeret Prilly keluar,dengan sedikit paksaan akhirnya Prilly ada di depan rumahnya sendiri.

Di luar sana,juga banyak orang berjaga-jaga anak buah dari orang-orang jahat ini.

Prilly semakin pasrah, ia tak bisa melawan orang sebanyak ini.

Begitu juga dengan Raja dan Nenek Sri yang di paksa keluar,Prilly meneteskan air mata.

Ia tak tega melihat nenek Sri yang sudah lansia di seret seperti binatang.

"Lepasin,lepasin Nenek Sri. Lepasin adek gue". Ucapku menangis,aku sudah tak tahan melihat kedua prang yang kusayangi di perlakukan seperti ini.

"Ini akibatnya kalian melawan bos kita!". Ucap salah seorang laki-laki di sampingnya.

Aku dan Kamu.Kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang