Chapter 32

114K 2.3K 2
                                    

Setelah mengemasi barang yang di perlukan,ia segera masuk ke mobil untuk menemui papanya.

****

Suara diskotik lagi-lagi dan lagi yang bergemuruh di telinga Prilly.

Dan selalu membuat dirinya pusing,bau alkohol membuatnya ingin muntah.

Prilly langsung naik ke lantai dua,tempat khusus jika ada bos besar yang datang.

Matanya menangkap sosok Sophie dan seorang laki-laki berjas hitam sedang berbincang asyik.

Seperti biasa,Sophie tampil sexy untuk menggaet rupiahnya.

Jijik juga ngelihatnya.

"Haii ini diaa,masternya...". Sambut seorang laki-laki bernama Edwin. Dia adalah salah seorang yang bisanya mengambil keuntungan jika ada sebuah kerja sama narkoba yang Prilly jalankan seperti saat ini.

Enek juga ngelihat ni orang cari muka aje.

Aku tersenyum kecil dan menjabat tangan laki-laki berjas hitam.

"Panggil saja,Alex". Kata laki-laki itu tanpa ditanya.

Aku mengangguk,"panggil saja I".

"Yahh,saya sudah tau kamu I. Hebat pekerjaanmu selalu berjalan mulus". Pujinya membuatku ingin pergi segera dari sana.

"Baiklah,kerja sama apa yang anda tawarkan". Tanyaku tanpa basa-basi kepada Alex,pria yang memang masih muda tapi terlihat dari wajahnya yang boros wanita.

"Okey,saya hanya menawarkan pekerjaan mudah. Saya ada ganja seberat 5kg. Kamu hanya perlu mengantarnya ke Bandung. Ada bonus dari saya jika kamu menjalankannya dengan baik".

"Udah gitu doang?".

"Yah,mudah bukan? Tapi kau harus menyimpannya dahulu selama empat hari hingga tiba saatnya kau menjalankan transaksi itu".

"Kenapa harus 4 hari,besok juga udah gue beresin". Kataku lantang.

"Ini permintaan,syaratnya seperti itu".

Aku kembali berfikir,aku memang lihai. Tapi aku tidak pernah menyimpan barang seperti itu hingga berhari-hari,apalagi ini jumlahnya sangat banyak.

Jika terlalu lama ku simpan,bisa membahayakan diriku sendiri. Polisi juga cerdik,aku juga harus waspada.

"Bagaimana? Apa kamu tidak sanggup?". Tanya Alex meremehkan Prilly.

"Ambil aja Prill,gede lo dapet duitnya". Celetuk Sophie.

"Lo pikir gue takut". Jawabku mengambil barang yang terbungkus rapi dalam koper.

"Lo boleh mencicipi,itu barang enak". Kata Alex membuatku semakin kesal.

"Perlu lo tau,gue emang bandar. Tapi gue nggak pernah sekalipun makek barang beginian". Jawabku mulai kasar.

"Nggak usah munafik deh I". Celetuk Edwin,membuat darahku semakin naik.

Aku bisa saja menghajar orang-orang ini. Gue bukan Prilly yang manja kayak dulu, tapi ini pekerjaanku.

Kuhela nafas yang panjang,dan pergi meninggalkan mereka.

Yeah,aku tak pernah sekalipun memakai barang haram ini,bahkan sekedar bau alkohol pun aku ingin muntah.

Beberapa laki-laki yang pernah menggodaku pun tak pernah mencoba menggoda lagi setelah menerima pukulan manis tanganku.

Aku dan Kamu.Kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang