Chapter 38

109K 2.1K 3
                                    

"Nenek ini dulu adalah asisten rumah tangga yang di tugaskan untuk melayani pekerja di gedung ini.

Mereka sangat baik dan ramah sama nenek.
Pak Rizal adalah pemimpin yang luar biasa jadi wajar setiap orang yang tidak mampu iri kepada beliau.
Ketika kamu dan Raja mengunjungi kantor Papamu ini,Nenek yang selalu menjaga dan mengajak kalian bermain di taman depan".

"Kenapa Nenek yakin kalau Prilly itu adalah aku?".

"Nenek yang merawat kamu sejak kamu lahir,wajah kamu tidak berubah . Tetap cantik dan bersahaja. Nenek ingat, ada bekas luka di lengan kiri kamu."

Yah,Nenek Sri memang benar. Ada bekas luka yang hingga saat ini aku tidak tahu apa penyebabnya.

"Dulu kamu main ayunan,karena terlalu kencang kamu jatuh tanganmu terkena tanaman berduri hingga harus mendapatkan perawatan medis. Nenek sangat panik,nenek takut kamu kenapa-kenapa". Ujar nenek Sri sepertinya ia sedang mengenang masa lalunya.

Aku masih tidak begitu percaya akan hal ini.

"Lalu? Kalo memang saya adalah Prilly yang nenek maksud. Kenapa saya di tinggalkan sendiri oleh keluarga ini?". Wajar dong aku menanyakan hal ini,karena aku tumbuh dewasa tanpa Kasih sayang orang lain.
Entah itu orang tua ataupun saudara. "

Dan Bapak Rizal,Ibu Ully,Raja latuconsina. Yang kata nenek mereka keluarga saya,mereka sekarang dimana? ".

Tanyaku bertubi-tubi karena memang aku sangat ingin tahu,selama ini aku memang tidak ingin mencari tahu karena tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa aku punya keluarga.

Kutangkap raut wajah Nenek Sri berubah menjadi takut.

"Ada apa ini?". Pikirku.

"Kenapa mereka meninggalkan saya?".

Nenek Sri masih diam.
Ia berdiri dan menarik tanganku,mengajakku menaiki tangga dan memasuki ruangan yang cukup luas.

Ternyata di dalamnya masih tertata rapi meja kursi,serta sofa dan brangkas-brangkas yang terselip di cela meja dan almari.

Aku melihat-lihat meja kantor yang berdiri tegak di sana.

Ada sebuah bingkai foto yang mulai kusam.

Aku sedikit terkejut,itu aku dan laki-laki kecil duduk di pangkuanku.

"Dia Raja,adikmu". Ujar Nenek Sri seolah mengerti apa yang ada di pikiranku.

Aku hanya mengangguk dan beralih melihat lukisan-lukisan yang terpampang pada dinding-dinding ruangan ini.

"Papamu adalah penikmat seni, beliau sangat gemar mengoleksi lukisan-lukisan dan di pasang di seluruh dinding gedung".

"Haruskah ku katakan cinta ragu tuk menyatakanya i'm fall in love".
Deringan handphone prilly memecahkan keheningan di sana.

"Sophie". Tertera namanya di layar handphoneku.

Tanpa pikir panjang ku reject telphone dari Sophie.

Aku dan Kamu.Kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang