Air mata haru tak bisa ia tahan,senyuman terlukis kembali.
Raja memandang Prilly sang kakak penuh arti.
Prilly tersenyum mengangguk,buliran air mata mulai menggenangi kedua pelupuk matanya.
Ali juga tersenyum,ia merangkul Prilly.
Di sandarkannya kepala Prilly di bahu Ali.
Air matanya semakin deras."Akhirnya setelah sekian lama nenek bisa melihatmu lagi nak". Kata Nenek Sri membelai hangat rambut Raja.
"Aku tahu cerita Nenek Sri yang baik hati dari Kak Prilly". Sahut nya polos yang langsung di sambut pelukan Prilly.
"Masuk ayo masuk,Nenek tadi masak enak banget. Ayo Nak Ali makan bareng kami". Ajak Nenek sri.
"Nggak usah Nek saya langsung aja ya, mau ke kantor laporan,terus cek rumah". Tolak Ali sopan karena memang itu yang harus ia lakukan.
"Kamu bener nggak makan dulu?". Tanyaku memastikan.
"Nggak usah sayang,aku mau cek rumah. Mungkin udah kayak hutan tuh rumah banyak tumbuhan liar haha".
"Ih ngelawak mulu sekarang ya,ya udah nanti aku kalau udah beres-beres ke kamu oke".
"Oke,Nek..Ali pamit dulu ya. Raja !".
"Siap komandan!". Hormat Raja kepada Ali.
Senyuman terukir di bibir Prilly," jaga kami agar tetap tersenyum Tuhan". Batinnya.
****
Setelah berpamitan,Ali langsung menuju kantor bahwa ia sudah hadir kembali dan bisa bertugas lagi di Jakarta.
Tugas yang sangat menyenangkan baginya.
Tak berlama-lama ia kembali masuk ke dalam mobil setelah melapor.
Ali mengarahkan mobilnya ke rumahnya yang besar nan mewah.Yah hasil keringat Ali sendiri,pekerjaan yang ia sayangi,menyenangkan dan berbahaya.
"Rumah gue penuh debu". Gumam Ali ketika membuka pintu rumahnya.
Ali memang tidak memakai jasa orang lain untuk merapikan segala sesuatu di rumahnya. Ia ingin merawat,membersihkan rumahnya sendiri.
"Itung-itung olah raga". Pikirnya.
Butuh waktu satu jam buat Ali membersihkan lantai bawah rumahnya,dan ternyata ia sudah kelelahan.
"Beresin rumah lebih capek dari pada beresin burunan". Ucap Ali menyeka keringat di dahinya mendengus panjang.
"Mangkanya buruan nikah". Sahut seorang laki-laki yang bersender pada pintu masuk rumah Ali.
Sontak saja Ali terkejut,ia menoleh ke sumber suara tersebut.
"Cemal !". Pekik Ali.
Sahabat terdekat Ali saat ia masih SMA dulu. Ia menghilang,dan sekarang...
"Apa kabar bro". Ucap Cemal melangkahkan kakinya mendekat pada Ali tanpa permisi.
Ali terdiam beberapa detik dan memeluk sahabatnya itu.
"Haha gue baik,liat aje gue tambah ganteng". Celetuk Ali ketika melepas pelukan sahabat.
"Haha bisa aje lu,kita tetep jadi duo ganteng". Ucap Cemal tak kalah ngawur.
"Duduk,silahkan duduk kesambet apa lo ke rumah gue. Terkahir gue cari lo tapi keluarga lo pindah". Kata Ali yang duduk berdampingan dengan Cemal.
"Bener banget,gue di paksa kuliah ke luar negeri ama bokap. Awalnya gue nggak mau,tapi nyokap sampe nangis. Akhirnya gue turutin dan gue..." Tiba-tiba raut wajah Cemal berubah,ia menunduk.
Ali menepuk bahu sahabatnya," lo kenapa?".
"Maafin gue Li,gue nggak megang janji gue ke lo".
Ali sedikit bingung,"janji?". "Gue dulu janji sama lo bakalan jagain Prilly buat lo tapi gue malah pergi.
Dan saat gue pergi,beberapa bulan setelah itu Mila ngasih kabar ke gue kalau Prilly...Prilly jadi bandar narkoba". Suara Cemal semakin pelan,ia sangat merasa bersalah pada Ali.Sahabat terdekatnya selama ini harus ia kecewakan.
Ali tersenyum.
"Gue nggak pernah nyalahin lo,gue salah nitipin Prilly ke lo. Seharusnya emang gue yang jagain dia. Karena lo masih punya keluarga dan masa depan. Gue egois kalo sampai gue nyalahin sahabat gue". Ucap Ali meyakinkan Cemal.
Cemal pun tersenyum,ia tahu sahabatnya ini adalah yang terbaik.
"Sekarang gimana keadaan Prilly?". Tanya cemal penasaran.
"Aku baik-baik aja kok".Tiba-tiba muncul seorang perempuan berambut panjang terurai indah mengenakan setelan rok selutut berwarna merah muda dengan atasan panjang berwarna senada dari balik pintu masuk.
"Prilly". Gumam Cemal tak percaya,Prilly yang saat ini ia lihat terlihat semakin cantik.
"Halo sayang". Ali menyambut kekasihnya itu dengan pelukan hangat.