Prilly menunduk,ia tak ingin menatap Ali.
Air matanya tumpah sedikit demi sedikit dari kedua mata indahnya.
"Adik kamu?". Tanya Ali heran,wajar saja ia seperti itu karena selama ia mengenal Prilly tidak pernah sama sekali ia tahu tentang keluarga Prilly.
Bukannya Ali tak pernah bertanya,tapi setiap Ali bertanya jawaban Prilly tetap sama.
"Aku sendiri nggak tahu tentang keluarga aku. Kamu tahu kan? Aku hidup sendiri". Dan sejak itu pula Ali tidak pernah tanya lagi tentang keluarga Prilly.
"Coba kamu bilang ada apa sayang".
"Kamu tahu rumah yang aku tinggali saat ini?". Tanyaku menatap Ali.
Ali mengangguk mengiyakan. "Itu adalah peninggalan keluarga aku,jadi Nenek Sri yang selama ini ada dirumah dulunya adalah salah satu pekerja Papa aku.
Dia yang menceritakan semuanya tentang Papa dan Bunda yang habis di bantai rekan kerjanya." Jelasku.
Ali mengangguk-angguk.
"Kamu inget lima orang yang dateng kerumah marah-marah? Mereka adalah suruhan rekan kerja Papa yang sampai sekarang mengincar gedung itu.
Tanpa persetujuan atau tanda tangan salah satu keluarga Latuconsina mereka nggak bisa ngambil gedung itu. Dan Nenek Sri bilang,aku punya adik laki-laki."
"Kamu yakin? Apa kamu tahu siapa nama adikmu?". Aku mengangguk,"Raja Latuconsina,marga keluarga yang sama denganku".
"Oke,aku akan cari adik kamu". Ucap Ali menenangkan Prilly.
"Emang bisa? Ini cari orang Ali,bukan cari barang. Apalagi nggak ada satupun petunjuk tentang dia".
"Kamu nggak percaya sama aku?". Tanya Ali heran.