"Kamu kan emang kerja,lagian juga ada Nenek Sri sama raja. Apa kamu masih ragu sama aku?". Jawab Prilly untuk lebih meyakinkan Ali .
"Iya deh cewek hebat. Tapi nanti aku suruh beberapa polisi jaga rumah ya".
Prilly mengangguk menuruti apa kata sang suami. Ia tahu,Ali tidak akan membiarkan sedikitpun bahaya mengancam dirinya.
*****
"Ada sekitar 10 polisi di luar buat jagain kamu sayang. Kalau aku pergi dan terjadi apa-apa cepet telphone oke?". Ucap Ali saat akan pergi ke luar kota.
"Siap komandan !". Jawab Prilly memeluk tubuh Ali yang tegap.
"Tau kan tempat penyimpanan?". Tanya Ali.
"Ya iyalah,aku kan yang ngerancang semuanya".
"Oh iya lupa haha,aku berangkat ya". Kata ali mengecup kening Prilly.
"Abi berangkat cari uang dulu ya sayang,kamu jagain umi di rumah". Kata Ali lagi mengelus perut Prilly yang masih berusia beberapa hari itu.
Prilly terkekeh,"kamu mah ada-ada aja,dedek bayinya kan masih dalam bentuk darah honey. Ya udah gih berangkat,hati-hati ya. Kayaknya lawan kamu kali ini luar biasa canggihnya. Hubungi aku kalau butuh bantuan". Ucapku panjang lebar dan di balas sebuah pelukan oleh Ali.
Ali pun masuk ke dalam mobil dengan persenjataan lengkap di mobilnya.
Beberapa polisi memang sedang berjaga di rumah Prilly sesuai kata Ali.
Prilly hanya diam,menonton tv dan membereskan rumah membuat dirinya semakin bosan.
"Nggak sehat nih lama-lama guue kalo begini terus". Omel Prilly melihat sekitar rumah yang itu-itu saja.
"Ehmm renang ah". Prilly milih untuk menyegarkan dirinya di kolam renang belakang rumahnya.
*BYUR*
Prilly mulai berenang dari ujung ke ujung tapi tiba-tiba terdengar hentakan kaki orang membuat ia terhenti.
Pendengarannya di pertajam,matanya menyelidik.
"Angkat tangan!". Seruan seorang laki-laki dari dalam rumahnya ia tak berbalik.
"Polisi". Batinku saat terlihat bayangannya dalam air.
"Ada apa". Tanya Prilly masih mengangkat kedua tangan ke atas.
"Anda siapa? Mau mengganggu ibu Syarief?". Tanyanya tanpa dosa.
Prilly terkekeh dan menurunkan kedua tangannya. Lalu ia membalikkan badan.
Raut wajah polisi itu pun berubah,memasang tampang malu dan tersenyum.
"Eh Ibu,maaf Bu. Saya kira ada penyusup hehe". Kata Polisi tersebut kembali memasukan pistolnya.
"Nggak,aman kok. Saya bisa jaga diri".
Tanpa di minta,polisi tersebut kembali ke tempat jaga semula.
****
Di kota yang berbeda Ali sedang sibuk menyusun strategi untuk melumpuhkan lawannya saat ini.
"Jika kalian salah sedikit di sini,maka semua rencana kita akan hancur". Jelas ali dalam sebuah ruangan tertutup.
"Kita cuma punya waktu tiga hari,kalau sebelum hari itu kita nggak bisa masuk ke markas lawan untuk menginveksi jaringan komputer disana dengan virus ini,roket itu akan meledak". Tambah seorang agen rahasia lain bernama Digo.
"Sesuai rencana,gue sama Digo yang bakal masuk. Inget,kalian membereskan yang di luar. Lawan kita memiliki tekhnologi yang canggih jadi jangan main-maun dengan senjata mereka". Kata Ali memperingatkan.
"Semua mengerti!". Teriak Digo.
"Siap ! Mengerti !". Jawab delapan orang yang lain.
"Bagus,kita mulai sekarang. Gue sama digo bakal ambil satu orang penting dari sana untuk mengambil kode akses masuk ke dalam ruangan itu". Ucap Ali dan bergegas memasuki mobilnya.
Begitu juga dengan digo yang mengikuti dari belakang.
Ke delapan agen yang lain pun di lengkapi senjata yang tak kalah canggih.
Mereka terbagi menjadi empat mobil yang di setiap mobilnya berisi dua orang.
****
"Saya mulai bosan...". Gumam Prilly sembari membuka pintu rumah.
Semua polisi yang berjaga menatap Prilly ramah.
"Gue kayak teroris ye di jaga kalian haha". Celetu Prilly membuat beberapa polisi ini tertawa.
"Oh iya,siapa kaptennya?".
"Siap,saya Bu!". Ucap salah seorang dengan seragam lengkap menghadap Prilly.
"Pak Dani ya,oke. Saya mohon bantuannya. Lima orang polisi yang berjaga di sini di pindah tugaskan menjaga rumah nenek saya".
"Tapi bu Prilly,ini sudah amanat dari Pak Ali. Jika kami melanggar,kami akan kena sanksi". Elaknya drngan sedikit memelas.
"Saya kan Bu Ali sekarang pak,biar saya yang tanggung jawab jika terjadi sesuatu."
"Ibu yakin?".
"Saya bisa menghabisi sepuluh orang polisi ini dalam waktu kurang dari lima menit Pak. Apa perlu bukti?".
Pak Dani tersenyum ketir," baik laksanakan. Saya tahu kemampuan keluarga Syarief memang luar biasa".
Hari menjelang petang,lima orang polisi yang di minta Prilly kini sudah pindah tugas menjaga rumah Nenek Sri.
Ia tak ingin kecolongan.