Chapter 82

96.2K 2K 8
                                    

Penerangan yang minim membuat kaki Ali terantuk sesuatu saat akan melangkah tapi ia selalu sigap dalam menjaga Prilly.

Satu,dua,hingga tiga jam Ali dan Prilly terus menyusuri lorong yang tak kunjung mendapatkan hasil.

Peluh membasahi tubuh keduanya.
Prilly pun merasakan lelah yang hebat dalam tubuhnya,konsentrasinya mulai kabur.

"Kamu yakin jalannya bener?". Tanya Ali kali ini merangkul Prilly yang mulai lemas.

Prilly mengangguk,"bener kok honey tapi ini emang panjang banget. Pengap jadi susah nafas". Rintih Prilly, keringat dingin mengguyur tubuhnya.

Ia semakin lemas,Ali yang tak kuasa melihat kekasihnya itu bertindak cepat.

Ali menggendong Prilly dengan kedua tangannya dan terus berjalan.

"Semoga kita bisa cepet keluar,karena lorong ini nantinya akan mengeluarkan kita pada sebuah tempat yang terbuka". Kata Ali memandang wajah Prilly yang terlihat pucat.

Tiga puluh menit berlalu,GPS menunkukkan tinggal 500 meter lagi.

"Honey,aku kuat. Turun...". Ucapku memelas.

Ali tak bergeming,ia masih menggendong Prilly dengan langkah yang masih tegap.

"Honey...". Rengekku menggoncang pundak Ali.

"Udah kamu diem aja,aku akan bawa kamu keluar".

"Turunin aku,istirahat dulu. Kasihan kamu,minum dulu. Aku ada vitamin biar kuat lagi".

Akhirnya Ali menurunkanku,dengan cekatan aku mengambil sebotol air dan vitamin.

"Kamu minum,aku juga minum di jamin tenaga kita bakal pulih".

Ali menuruti perintah Prilly,karena memang ia merasa sangat kelelahan.

"Kenapa setiap lorong yang kita lewatin sepi,aman-aman aja ya". Ucap Ali memperhatikan setiap sudut ruangan yang rapi tanpa adanya pergeseran benda-benda di sana sedikitpun.

Aku hanya mengangkat bahu,karena aku memang tidak tahu.

"Sebentar lagi udah di ujung,kalau ngga ada gimana honey".

Ali menatap Prilly dalam," kode itu nggak mungkin salah kan?". Kata Ali duduk di samping Prilly.

"Kayaknya sih engga,tapi aku heran deh nggak ada bekas sama sekali kalau emang pak Presiden di culik".

"Sama,aku juga mikir gitu. Kalau emang penculikan,seharusnya Pak Presiden melakukan perlawanan meskipun sedikit". Kata Ali mulai tak yakin dengan pelacakannya kali ini.

"Kita coba aja,namanya juga usaha buat Bapak Negara". "Udah...Jangan menduga-duga. Kamu udah kuat?". Prilly mengangguk. "Ayo jalan lagi". Ajak Ali mengulurkan tangannya membantuku berdiri.

Kami berjalan lagi,lagi,dan lagi.

Tidak sampai 15 menit,sebercak cahaya telah nampak di depan mata.

"Hati-hati". Ucap Ali mengingatkan.
Prilly mengangguk dan menyiapkan fisik dan mentalnya

Pistol telah di genggam oleh Ali dan Prilly.

Pelan dan mengendap-ngendap mereka menghampiri sumber cahaya tersebut.

"Sstt dengerin !! Ada suara..". Ucapku saat mendengar suara berisik entah apa itu.

"Pak Persiden". Pekikku.

Aku dan Kamu.Kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang