Ali menerawang jauh ke langit.
Senyum Prilly tiba-tiba muncul di antara awan,Ali menyambutnya dengan senyuman yang tak kalah manis.Mungkin ini efek kangen,sudah hampir 4 tahun mereka tidak berkomunikasi apalagi bertemu.
Angel bersandar di bahu Ali,sebenarnya sedikit risih,tapi Ali membiarkannya.
Mungkin Angel kelelahan. Pikir Ali.
****
Aku pun tertidur kembali.
*tok tok tok*
Suara pintu membangunkan tidurku.
Aku melirik jam dinding sudah menunjukkan pukul 15.00
"Udah sore aja". Gumamku mengucek-ngucek mataku.
*tok tok tok*
Suara ketukan pintu terdengar lagi.
"Siapa sih,rese ah". Akhirnya ku langkahkan kakiku menuju pintu depan.
Kubuka pintu, "Mila". Dengan keadaan berantakan,bangun tidur pula.
"Gue mimpi ya,kenapa bisa ada dia". Batinku mengagaruk rambut yang sebenarnya tidak gatal.
Mila tersenyum dan menghambur memelukku erat.
"Gue nggak mimpi". Gumamku.
Kurasakan bahuku basah saat Mila memelukku,ku renggangkan pelukan Mila.
Benar saja,ia menangis.
"Lo ngapain datang-datang nangis". Kataku heran dan membawanya masuk.
"Gue benci sama diri gue sendiri". Kata Mila masih menangis.
"Kenapa gue biarin sahabat gue jadi gini".
*DEG!*
Aku baru sadar,dia nangis karena keadaanku yang seperti ini.
Aku terpaku diam tak tahu harus mengatakan apa lagi.
Air mataku seketika menetes tanpa tahu alasannya.
"Lo harus pergi dari sini,gue nggak mau lo semakin jatuh". Kata Mila.
"Nggak,nggak,nggak Mil. Mending lo pergi. Tempat ini buruk buat lo,pergi Mil pergi". Pintaku padanya.
Aku tak berani menatap wajahnya,aku malu.
Sangat malu pada sahabatku ini.
Aku sudah menganggap diriku ini sangat buruk,apalagi dia pasti hanya kasihan terhadapku."Jangan pikir gue tenang ngelihat lo kayak gini. Gue malah ngerasa salah banget karena ngeliat lo sekarang hidup di tempat kayak gini".
"Udah Mil,tolong ya ini sekarang hidup gue. Tolong jangan lo ikut campur hidup gue yang udah hancur ini. Cukup gue aja yang menderita,cukup gue aja yang masuk ke dalam dunia yang hina ini. Cukup lo yang tau,gue mohon jangan sampai lo ngomong ke siapapun tentang gue,tentang tempat tinggal gue sama siapa pun itu". Kataku menahan linangan air mata yang siap kapan saja jatuh dari kedua mataku.
"Sekarang lo pulang,jangan balik lagi kesini. Ini tempat yang nggak pantes buat orang sebaik lo". Lanjutku seraya membukakan pintu kepada Mila.
Air mataku sudah tidak bisa di tahan lagi.
Tiba-tiba Mila berlari memelukku.
"Gue ini sahabat lo,gue akan trima lo gimana pun keadaan lo sekarang."
"Udah cukup Mil,sekarang lo pergi !". Ucapku kasar membuat Mila sedikit terkejut.
Dengan langkah kecil ia keluar dari rumahku. Otomatis pintu langsung ku tutup,ku intip dia dari balik jendela.
Perlahan ia masuk ke dalam mobilnya.
"Maafin gue Mil,gue nggak ingin lo terlihat buruk di mata orang karena lo sahabatan sama gue". Kataku menangis lagi dan lagi.