Dimana ia adalah incaran polisi,dimana ia sebagai bandar narkoba international.
Hidupnya yang berada di dunia malam,dunia yang fana.
"Nggak,nggak mungkin..." Edwin menyunggingkan sebuah senyum di sudut bibirnya dan menatap Prilly tajam.
"Ibu Prilly,anda baik-baik saja?". Tanya Pak Dani yang mulai khawatir melihat raut wajah Prilly yang pucat.
"Tolong biarkan saya berdua,bapak tunggu di luar saja". Pintaku pada Pak dani yang mulai mendekat.
"Tapi.." Prilly mengangkat tangannya,permintaannya tidak bisa di bantah.
Pak Dani pun menuruti permintaan Prilly untuk keluar dari ruangan.
"Kenapa? Lo takut kebusukan lo terungkap?". Tanya Edwin sepeninggal Pak Dani.
Prilly diam,tak menjawab. Ia menunduk,air matanya mulai berlinang.
"Jago juga akting lo depan mereka". Ucapnya lagi membuat hati Prilly bergemuruh.
*BRUAK*
Pukulan keras dan tajam mendarat di kepala Edwin. Bukan sembarang pukulan,darah segar mengalir dari pelipis mata kiri Edwin dan ia masih tersenyum.
"Asal lo tahu,gue emang pernah jadi orang jahat tapi nggak sekarang !". Ucap Prilly berbisik pada telinga Edwin bernadandingin.
"Hahaha lo pikir gue percaya? Cuihh". Balas Edwin dengan tidak sopannya meludah di hadapan Prilly.
Prilly yang mulai terbawa emosi mencengkeram leher Edwin dan sedikit mengangkatnya.
"Nggak usah banyak omong,ngapain lo di sini? Apa maksud lo datang kerumah gue". Tanya Prilly sudah sangat tidak sabar.
Peluh menetes dari tubuhku,mataku terus menatap wajah Edwin yang berlumuran darah.
"Suami lo bakalan mati !!". Jawabnya.
Edwin tertawa licik membuat Prilly ingin segera mematahkan kepalanya.
"Apa maksud lo!". Bentak Prilly dengan tatapan tajam yang menusuk mata Edwin.
"HYDRA,lo tau kan? Organisasi yang di bentuk secara tersembunyi. Yang akan menghancurkan kota haha". Cengkraman Prilly terlepas,wajahnya tampak berfikir.
Dia tau soal HYDRA,tapi kenapa bisa Edwin masuk dalam organisasi orang-orang jenius yang salah menggunakan kecerdasannya untuk menghancurkan kota hanya dengan iming-iming kekuasaan?
"Waktu razia penangkapan diskotik malam itu,gue kabur. Lari,lari dan terus berlari. Tapi sial,sebuah mobil nabrak gue.
Di saat itu juga salah satu HYDRA nyelametin nyawa gue,sebagai gantinya gue mengabdi dan mendapat tugas untuk bunuh keluar Syarief". Jelasnya panjang lebar seolah mengerti apa yang ada dalam pikiran Prilly.Prilly diam di hadapan Edwin tanpa sepatah katapun.
Ruangan itu senyap,sementara hari semakin larut
Waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB."Tepat tengah malam nanti roket itu akan meratakan pusat kota haha". Ucap Edwin tanpa di minta.
Sontak Prilly terkejut,matanya menatap Edwin tajam.
"Kenapa? Lo pikir masih tiga hari lagi? Sayangnya lo salah,orang-orang disana tidak sebodoh yang lo pikirin. Mereka jenius".
*DEG*
Jantung Prilly berdetak begitu cepat,nasib suami dan warga kota kini ada di pundaknya.
Ali dan tim memprediksi roket itu akan meledak tiga hari lagi. Tapi faktanya itu salah.
*jangan lupa kritik dan saran yaa
Jangan suka jadi pembaca gelap,hargai aku hihi thanks readers ♥