Chapter 44

107K 2.1K 5
                                    

Hanya cleaning service yang ada di sana dan dia pun tidak tahu karena ia hanya bertugas pada pagi hari untuk membersihkan ruangan.

"Lalu bagaimana Pak?". Tanya salah satu polisi kepada Ali.

"Kita bagi dua tim saja,setengah ikut saya dan setengah mengikuti perintah Komdan Rio".

"Siap laksanakan !!". Ali bergegas pergi dari TKP.
Ada laporan bahwa sang bandar memiliki markas di sebuah gedung tua.

Setelah ia melacak dimana letaknya tanpa membuang waktu ia dan timnya melaju ke gedung tua itu.

"Tim Satu segera merapat,kita akan pindah tempat". Perintah Ali.

Tim terbagi dua. Sesampainya di gedung, sebagian tim berpencar di setiap sudut gedung.

Ali mulai masuk ke dalam gedung,mengendap-ngendap. Pelan,matanya mulai menatap tajam setiap ruangan.

"Kosong". Batinnya.

Ali mulai menaiki lantai dua,ia terhenti pada sebuah ruangan.
Pendengarannya terusik akan suara-suara di dalam ruangan tersebut.

Ali mencoba mengintip dari lubang pintu tapi tak terlihat siapapun di sana.
Lalu ia membuka pintu perlahan,tidak ada orang.

"Nggak mungkin gue salah denger". Gumamnya.

Kali ini ia mendengar suara langkah kaki yang berat mendekat ke arahnya,sontak saja ia berhenti.

Menyiapkan senjata di tangannya.

"Cari siapa Nak?". Suara parau seorang wanita mengagetkan Ali.

Dengan sigap ia berbalik dan menodongkan pistol.

Tapi niat Ali terhenti ketika ia melihat wanita renta di hadapannya,Ali terdiam.

Ali menggeleng.

"Kamu cari siapa? Apa ada yang bisa Nenek bantu ?". Tanyanya lagi.

"Ali cuma mau nanya Nek,adakah seseorang yang kesini melakukan hal yang di larang?". Tanya Ali hati-hati.

"Panggil saja Nenek Sri ya". Katanya tersenyum.

"Tidak ada Nak Ali,hanya seorang bidadari cantik yang mengunjungi rumah ini".

"Bidadari? Nenek ini mengkhayal atau gimana ya". Pikir Ali.

"Ciri-cirinya nek?".

"Dia cantik dan baik hati". Jawab Nenek Sri kembali tersenyum menunjukkan gigi-giginya yang sudah tidak utuh lagi.

"Apa tidak ada orang selain Nenek disini?".
Nenek Sri menggeleng," saya di sini sendiri. Menunggu sang putri datang".

Ali semakin kehabisan akal. Putri,bidadari yang cantik.
Apa maksud Nenek ini.

Pertanyaan yang muncul di kepala Ali se akan di luar logika.

Ali tersenyum," Kalau begitu,Ali pergi dulu ya Nek. Maaf mengganggu Nenek".

"Hati-hati Nak". Ali pun berlalu menuruni tangga,hatinya lebih santai saat ini.

Perlahan ia menuruni anak tangga,matanya tak luput menangkap lukisan yang ada di dinding.

"Keluarga Latuconsina". Gumamnya.

****
Sementara di tempat yang berbeda,Prilly tergopoh-gopoh memasuki rumahnya.

Tidak ada tujuan lain selain koper yang berisi narkoba.

Di sekitar rumah Prilly sudah sepi. "Pasti yang lain udah kabur".

Aku dan Kamu.Kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang