Chapter 52

110K 2.4K 15
                                    

Air mataku kembali menetes," Tuhan kenapa Kau pertemukan aku lagi dengannya. Aku tidak siap jika bertemu dia dan harus berpisah lagi dengannya." Batin Prilly.

"Kamu tahu,selama ini aku berusaha cari kamu.
Tapi nihil.
Aku bingung,apa lagi yang harus aku lakuin buat nemuin kamu. Sampai akhirnya kita di pertemukan dengan cara seperti ini.
Kamu tahu,aku nggak pernah nyesel meskipun kamu seperti ini". Ucap Ali masih memandang Prilly.

"Izinkan aku kembali ke dalam hidupmu,membahagiakanmu. Izinkan aku menghapus semua salahku padamu Prilly". Ucap Ali sungguh-sungguh.

Matanya tidak berbohong,ia tulus .

Hatiku seakan tersentuh,"apa yang harus gue lakuin". Batinku.

"Apa salah jika aku memberinya kesempetan kedua,apa aku salah jika aku membuka hatiku kembali untuknya? Tapi dia yang membuat hidupku hancur.
Dia yang membuat aku menjadi seperti ini.
Pengedar narkoba yang berkerja di dunia malam.
Aku tak pantas untuknya,dia orang baik.
Dia nggak mungkin tulus minta maaf kepadaku, mungkin dia hanya kasihan.
Ali yang sekarang bukan Ali yang ku kenal dulu. Aku tak pantas lagi untuknya". Semua pertanyaan itu muncul berkecamuk dalam fikiranku.

"Aaarrrgggghhhh!!!". Teriakku menggema ke seluruh ruangan.

Aku tersadar,semuanya sudah berlalu.

Ini hanya membuang-buang waktuku untuk mengingat semua kejadian pahit yang pernah ku alami dulu.

"Gue emang nggak pernah pantas buat lo Li,lo terlalu suci!".

Gumamku memandang senja dari sudut kamar.

"Prill,Prilly kamu nggak apa-apa nak?". Tanya Nenek Sri khawatir mendengar teriakanku.

Aku menggeleng dan berusaha tersenyum.

"Ya Tuhan,hidungmu berdarah. Ayo Nenek obatin.
Dokter sudah bilang jangan terlalu stres memikirkan sesuatu". Ocehan Nenek Sri seakan seperti angin yang berlalu di telinga Prilly.

Nenek Sri dengan begitu perhatiannya membersihkan darah yang mengalir dari hidung Prilly.

Yahh,lima tahun berlalu.
Setelah Prilly memutuskan tidak ingin bersama Ali lagi,ia tinggal bersama nenek Sri di gedung tua itu.

Tapi kini sudah berbeda,rumah itu sudah di renovasi seluruhnya.

Tampak hidup dan segar. Jalanan yang sepi sekarang sudah ramai lalu lalang orang-orang beraktifitas.

Tapi hidup Prilly semakin rapuh. Ia tidak pernah keluar kamar.

Dan Ali,ia tinggal di Jakarta.
Berusaha menyibukkan dirinya dengan semua pekerjaan ada.

Tetap profesional dalam tugasnya tapi ketika ia teringat Prilly maka saat itu juga konsentrasinya akan hilang.

Setelah kejadian itu,hari-hari Ali semakin hampa.

Tidak,ia tidak menyerah.

Setiap hari Ali selalu menyempatkan diri untuk memantau dari jauh keadaan Prilly, satu hingga dua jam ia berdiam dalam mobil.

Yahh seperti orang bodoh,menunggu Prilly keluar dari rumahnya dan itu tidak pernah terjadi.

Aku dan Kamu.Kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang