"Ada apa Pa?". Tanya putri cantiknya.
"Kaia,kita harus segera pergi". Ucap Papanya menerawang kosong menatap atap-atap rumahnya.
Sontak Kaia terkejut,bagaimana tidak? Ini berita yang mendadak dan mengejutkannya.
"Mereka sudah bermain licik". Lanjut Papanya,Kaia mengangkat satu alisnya.
"Apa maksud Papa? Mereka siapa?".
"Kamu tau,Mr.Black".
Kaia tercekat kaget, "Bukankah dia salah satu clien Papa?Dulu aku yang ikut mengusut kasusnya?".
"Yah,kamu benar. Setelah misi yang kita jalankan berjalan dengan baik,ia malah menyudutkan Papa karena kesalahnnya sendiri agar ia tidak di kejar pihak kepolisian".
"Ha? Nggak bisa gitu dong Pa. Kenapa jadi keluarga kita yang jadi sasarannya".
"Kamu tahu lah,yang mengetahui kunci dari misi hanya keluarga kita,jadi keluarga kita sekarang seakan menjadi buronan polisi".
"Kenapa papa tidak jelaskan saja kepada Polisi,kita yang membantu mereka memecahkan kasus-kasus di negara ini. Nggak mungkin dong Pa para polisi itu percaya giti aja sama omongan orang itu". Kaia mulai di selimuti emosi.
Yah,kesalahan orang lain di lemparkan ke keluarganya yang harus pindah ke keluar kota.
"Ini resiko pekerjaan kita nak". Pria dengan setelan T-shirt hitam dengan jeans yang senada membalut rapi tubuhnya yang kekar. Tersenyum dan membelai lembut putri pertamanya itu.
"Papa yakin kita bisa selesaikan semua ini bersama. Nanti malam papa akan bawa kamu dan Ali pergi dari sini"
Kaia hanya bisa mengangguk tersenyum mengikuti perkataan papanya yang ia sayangi.
Ini bukan kali pertama mereka pindah dari 1 kota ke kota lain karena kelicikan orang lain.
Misi papanya yang tak pernah gagal hingga detik ini membuat cliennya terkadang memanfaatkan papanya.
Kaia dan Ali hanya maklum atas resiko pekerjaan yang mulai merasuk ke darahnya dan susah untuk di tinggalkan.
******
Entah ada dorongan dari mana,tiba-tiba Prilly memeluk Ali ketika melihat wajah kekasihnya itu murung.
Ali pun membalas pelukan Prilly yang memang ia butuhkan saat ini.
Ali memejamkan matanya seakan ia tak ingin,sangat tidak ingin pergi jauh dari Prilly. Ali takut ini pelukan terakhir dari wanita yang sangat ia cintai itu.
"Hey,kamu kenapa? Kok nangis sih". Tanya Ali mencoba tegar di hadapan Prilly.
Ali sedikit membuka pelukannya dan menatap mata Prilly lekat-lekat.
Tatapan yang bisa membuatku jauh masuk ke dalam hatinya dalam dunianya.
Air mataku jatuh dengan sendirinya,dengan cekatan Ali mengusap butiran-butiran air mata yang jatuh melewati pipiku.
"Kamu kenapa? Kenapa kamu nyimpen masalah kamu sendiri?". Tanyaku sesenggukan menatap mata lentik Ali.
Ali hanya tersenyum dan kembali memeluk erat tubuhku.
"Maafin aku sayang,maaf baru kali ini aku bisa ngomong dama kamu". Kata Ali tanpa melepas pelukannya.
"Ngomong apa? Ada apa Ali,jangan buat aku bingung". Aku sedikit melepas pelukan itu dan menatapnya bingung.