Pada akhirnya ia menerima tawaran itu dengan berat hati.
1,2,3 bulan terlewati.Prilly semakin enjoy dengan hidupnya saat ini. Tak pernah ia merasakan kekurangan uang lagi dalam hidupnya.
"Hidup dari malam".
****
"Pa,Ali mau ke Jakarta!". Ucap Ali tegas saat ia berkumpul di ruang keluarga juga bersama Kaia.
"Ngapain disana,bukannya hidup kita tenang disini". Jawab Papanya tanpa beralih dari koran yamg di bacanya.
"Tenang bagi Papa,bukan bagi Ali". Ali mulai di rasuki rasa emosi.
"Ada Prilly di sana Pa". Celetuk Kaia.
Pak Syarief menatap Ali yang termenung. Ia berdiri dari duduknya dan menghampiri Ali.
"Papa tidak akan pernah melarangmu untuk menjemput cintamu nak,kamu laki-laki. Sudah tau memilih yang baik dan buruk". Kata Papa Ali membuat ia sedikit tenang,buliran air mata menggenang di kedua mata ali.
"Lo coba ijin kantor dulu,karena sekarang kita akan mengusut kasus lagi". Ucap Kaia kengingatkan Ali
Yah, Ali sangat sibuk. Banyak pekerjaan yang muncul setiap harinya. Sebagai intel negara,ia harus menyelesaikan tugas.
Ali kembali menghela nafas panjang," kenapa sulit banget,gue cuma pingin ngeliat Prilly". Gumam Ali mengacak-acak rambutnya sendiri.Ali sempat menyuruh seseorang untuk mengunjungi Prilly di rumahnya tapi ternyata Prilly sudah tidak ada di kontrakan itu lagi.
Itu membuat Ali semakin di selimuti rasa khawatir,takut setiap harinya.
Putus kontak dengan orang-orang di Jakarta membuat ia jauh,jauhh dari Prilly.
Bahkan bisa di bilang "kehilangan" wanita yang sangat ia cintai.
Sekali lagi ia akan berusaha mencari Prilly.
Ali kembali ke kantor,untuk merundingkan dengan Komdan Budi atas permintaan cutinya.*****
Transaksi yang ia jalankan malam ini sukses dan lancar.
Semakin malam semakin ramai diskotik membuatnya semakin mual.
Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke kontrakannya lagi.
Yahh,dia sekarang tidak tinggal di kontrakan yang dulu karena dia telah di usir oleh si pemilik rumah.
Ia kembali mencari kontrakan rumah,Sophie lah lagi-lagi yang mencarikan kontrakan untuk Prilly.
Rumah yang besar,cukup mewah,murah,tapi di kelilingi rumah-rumah wanita pekerja malam.
Dan untuk ke sekian kalinya Prilly tidak bisa memilih hal yang lebih baik,ia harus menerima jika tidak ingin jadi gelandangan.
Sepulang dari diskotik Prill merasa sangat pusing di kepalanya. Dunia seakan berputar saat ia membuka mata.
Dengan sempoyongan Prilly berjalan menuju dapur untuk menengguk segelas air.
"Kenapa sih kepala gue". Ucapku kesal seraya duduk di meja makan.
Kuletakkan kepalaku di atas meja di tumpu kedua tanganku yang lemas. Aku tertidur begitu saja dengan posisi terduduk.
****
Di kantor Ali terjadi sedikit perdebatan antara Ali dengan Pak Budi. "Ada apa Ali".