chapter 119

91.4K 1.7K 39
                                    

"Buruan kak!". Lagi-lagi teriakan Raja mengurungkan niat Ali untuk kembali meletakkan tubuhnya di samping Prilly.

"Duh tu anak pagi-pagi semangat amat".

Akhirnya Ali meraih handuk yang ada di sofa.
Ia memasuki kamar mandi dan membasahi tubuhnya .

****

"Ada apa ini". Gumamnya yang ternyata di dengar oleh Cemal.

"Kaia..." ucap Cemal lirih.

"Kamu kenapa? Kok diem aja?". Tanya Cemal saat Kaia sedikit melirik ke arahnya.

Kaia tak menjawab,ia hanya menggelengkan kepalanya dan menatap lurus ke depan.

Cemal pun tak memaksakan Kaia merespon dirinya dengan cepat,ia tahu semua butuh proses.

Dia tahu ini kesalahannya yang tiba-tiba menghilang dari kehidupan Kaia tanpa satu kata pun,dan saat ini ia kembali untuk memperbaiki semua kesalahannya.

Memperbaiki luka yang telah ia torehkan di hati perempuan cantik yang ada di sampingnya saat ini.

Ia juga telah mengantongi izin dari Pak Syarief,Papa Kaia. Meskipun melalui sebuah perjanjian tapi itu adalah tantangan yang harus cemal lalui.

Ia termenung,teringat pertemuannya dengan Pak Syarief .

"Kalau kamu bisa meluluhkan kembali hati putriku,maka aku izinkan kamu mempersuntingnya". Ucap Pak Syarief yang diam-diam melakukan pertemuan dengan Cemal tanpa di ketahui Kaia.

"Saya janji om,saya akan menebus semua kesalahan saya". Jawab Cemal mantap.

"Baiklah,saya pegang janjimu. Jangan sakiti dia untuk kedua kalinya".

"Maaf mas sudah sampai". Kata supir taxy yang menyadarkan lamunannya.

"Ha,iy..iya pak". Jawab Cemal salah tingkah.

Pandangannya yang terus menatap awan melalui jendela pesawat mulai mengantuk,perlahan ia terlelap dalam sandaran tempat duduknya.

"Kenapa kamu hanya diam?". Cemal memandangi seorang wanita di sampingnya,wanita yang mencuri hatinya.

Meskipun ia berada di luar negeri,tak bisa di pungkiri. Hatinya tetap tinggal pada sosok wanita yang terlelap di sampingnya.
Ia terus memandangi Kaia semakin dekat semakin dekat.

Wajah Cemal hampir menyentuh wajah Kaia.

"Ha?"

*Plak*

Tamparan keras yang cukup membuat gigi ngilu mendarat di pipi kiri Cemal.

"Aduhh". Rintih Cemal mengusap pipinya sendiri.

"Maaf,maaf. Lagian kamu ngapain deketin muka aku". Ucap Kaia ikut panik.

Dan keributan kecil tadi mengundang semua mata memandang ke arah mereka berdua.

"Maaf..maaf..sorry". Ucap Cemal tidak ingin memperburuk keadaan di dalam pesawat.

Beberapa menit kemudian,suasana menjadi hening kembali.
Kaia kembali pada aktivitasnya,memandang luar jendela melihat awan.

****

Ali dan Prilly berjalan beriringan,saling menyatukan jari-jemari mereka sehingga menimbulkan sebuah kehangatan meskipun udara pagi itu sangat dingin.

"Kak aku naik duluan". Ucap Raja saat sudah sampai tujuannya.
Pacuan kuda.

Sama halnya dengan Raja,Prilly menaiki kuda bersama Ali.
Mereka berdua mengelilingi dataran hijau yang luas terpampang di hadapan mereka.

Berjam-jam mereka lewati hari itu dengan keceriaan.

Hingga tiba-tiba Prilly merasakan perutnya sakit yang luar biasa.

"Aww perutku kenapa sakit banget".

"Sayang kamu kenapa,kenapa perut kamu". Tanya Ali yang tiba-tiba panik memegangi perut Prilly.

"Nggak tau,aduh..perut aku sakit banget. Honey aku nggak kuat". Tak terasa air mata Prilly tumpah,ia tidak sanggup menahan sakit yang luar biasa pada perutnya .

Orang-orang yang sedang makan pun ikut membantu Ali.

"Sebaiknya di bawa ke rumah sakit saja Pak". Saran salah seorang pengunjung.

"Rumah sakit terdekat ada di kota,Bapak harus turun". Sahut seorang Bapak-bapak.

"Apa tidak ada yang lebih dekat,istri saya kesakitan". Tanya Ali,jantungnya sudah berpacu sangat cepat.

Ia sangat takut terjadi sesuatu dengan Prilly.

Dengan sigap Ali menggendong Prilly dan membawanya masuk ke dalam mobil,ia kembali ke kota mencari rumah sakit terdekat.

"Kamu sabar ya,aduhh aku nggak pernah hamil jadi nggak ngerti harus gimana sayang". Ucap Ali di balik setir.

Wajahnya mulai pucat,keringat dingin bercucuran di sekujur tubuhnya,ia khawatir.

Prilly tak menjawab,ia menahan rasa sakit yang luar biasa pada perutnya dan tak bisa berkata-kata lagi.

Wajahnya terlihat sangat pucat,kepalanya seperti di hantam bebatuan yang besar,perutnya terasa di tusuk seribu pedang.

Ia merintih dan terus merintih kesakitan.

"Inikah waktuku...sakit yang luar biasa ini seakan membawa nyawaku pergi". Batin Prilly dan tiba-tiba semuanya gelap.

Aku dan Kamu.Kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang