"Kamu nggak apa-apa kan?". Tanyaku masih tidak mengalihkan tatapan mata kami yang bertemu.
Tampak dari raut wajah Ali yang terkejut saat Prilly menanyakan keadaannya," kamu...".
"Sstttt". Potongku mengehentikan ucapan Ali.
Aku menjauhkan tubuhku dari Ali dan bersandar pada sofa.
"Aku pikir aku terlalu bodoh". Ucapku menerawang ke depan.
Aku tahu Ali memandangku penuh tanya.
"Selama ini aku menyia-nyiakan,mengabaikan orang yang selalu memperjuangkan cintanya untukku". Lanjutku,perlahan aku bangkit dan berjalan perlahan menuju jendela besar yang menghiasi rumah ini.Ali tetap tak bergeming dari duduknya.
"Jangan pikir aku tidak tahu,selama ini kamu selalu mengawasi rumah ini dari jauh".
"Aku lakuin semua ini demi kamu Prilly".
"Ssttt...aku sadar aku manusia bodoh,penuh dosa,aku pernah hidup di dunia yang sangat hina bagi sebagian orang".
"Aku ngga perduli itu semua,aku yang lebih tau kamu". Kata Ali mendekatiku.
"Ehemm,maaf Nenek ganggu ini minumnya". Kata Nenek Sri memberikan dua minuman di atas meja. Ia berjalan ke arah Prilly," jangan sia-sia kan orang yang berjuang untukmu. Nenek tau kamu putri cantik yang baik hati". Bisik Nenek Sri membuatku menyunggingkan sebuah senyum,ia berlalu kembali ke dalam rumah.
"Apa kamu memberi izin untukku,membuatmu bahagia kembali?". Tanya Ali tepat di sampingku.
"Aku merasa bukan orang yang pantas bagi seorang intel FBI sepertimu".
Ku mundurkan langkah kakiku dua langkah di belakang Ali.
"Aku kangen kamu". Ucapku.
Prilly memeluk Ali dari belakang,tentu saja Ali sangat terkejut atas perlakuan Prilly saat ini.
Bertahun-tahun ia merindukan dekapan seorang wanita yang ia cintai.
Senyum sumringah terpancar dari bibir Ali. Ia masih tidak bisa berkata-kata.
"Gue mimpi". Gumam Ali.
"Aduhhhh". Teriak Ali.
"Kurang cubitannya? Masih mau bilang ini mimpi?". Seruku menggoda Ali.
"Hahaha nakal ya,cubit balik nih cubit balik..." kata Ali yang sudah bersiap mencubit Prilly.
Aku menjauh," stop jangan macem-macem Aliiii ih tanganku masih sakit". Rengek manjaku membuat Ali semakin mendekatiku, menggodaku.
Aku pun menjauh darinya,berlari kecil
. "Udah ih Ali nggak mau,nggak mau". Senyuman yang hilang bertahun-tahun kini kembali menghiasi bibir Prilly.
Nenek Sri tersenyum bahagia di balik pintu dapur melihat kembalinya senyum Prilly yang hilang selama ini.
"Ali,kamu berhasil Nak". Gumam Nenek Sri,matanya mulai berkaca-kaca. Ia sangat terharu akan perjuangan cinta Ali dan Prilly.
Perjuangan Ali untuk mendapatkan cinta Prilly begitu sulit tapi semua itu terbalaskan.
"Semoga kalian bahagia selamanya".
"Hahahahah udah stop,aku capek". Kataku merebahkan kepalaku di pundak Ali.
"Lagian kamu". Ucap Ali menoel hidung Prilly. Senyuman tak henti-hentinya terlukis.