Chapter 83

93.9K 2K 10
                                    

Beliau berbalik dan tersenyum.

Tentu saja aku dan Ali terkejut. Sang Bapak negara tengah duduk do sebuah kursi panjang dengan berselonjor kaki.

Sebuah koran tengah di bacanya.

Semua orang mencari dirinya dan ternyata beliau dengan senyum di bibirnya menyapa kami dan mempersilahkan duduk.

Ali dan Prilly masih diam,mereka tak habis pikir.

Dengan susah payah mereka mencapai ujung lorong.
Berpakaian lengkap dengan senjatanya jika ada sesuatu yang mengancam nyawa Presiden dan ternyata...

"Saya tahu,kalian pasti terkejut". Ucapnya dengan santai bersandar pada kursi yang ia duduki.

Ali dan Prilly hanya saling lempar pandang.

Mereka tidak tahu apa kata pertama yang harus di ucapkan di depan seorang Presiden.

"Ali. Muhammad Aliando Syarief. Dan kekasihnya Prilly. Prilly Latuconsina. Dua orang yang hebat,cerdik,lincah,cerdas dan pintar". Kata-kata seorang Presiden yang membuat Ali dan Prilly tersenyum.

"Mohon maaf sebelumnya,sebuah kehormatan bagi kami bisa bertemu dan di sanjung oleh seorang Presiden seperti Bapak. Tapi..".

"Yah,saya tahu semua orang mencari saya. Semua orang mengira saya di culik. Itu memang benar." Ucap Pak Presiden masih menggantung ucapannya.

"Ada seseorang yang tidak bisa saya sebutkan siapa namanya. Dia mau menyampaikan sesuatu kepada saya".

"Siapa ya". Pikir Ali.

"Mungkin hanya caranya yang salah,tapi ia tidak sama sekali melukai saya". Ucap Pak Presiden yang do sambut anggukan Ali dan Prilly.

"Lalu kenapa Bapak masih di sini? Bukankah dengan Bapak menghilang membuat heboh seluruh Indonesia? Bahkan seluruh dunia". Tanyaku mungkin sedikit lancang tapi aku penasaran --".

"Hahaha saya mau kembali tapi sedikit lupa pintu yang mana yang harus saya lewati. Saya yakin kalian adalah orang yang sangat cerdas dan hebat jadi saya tahu kalian pasti bisa menembus semua kode akses ke ruang ini makanya saya berdiam dan menunggu kalian haha". Jawabnya dengan tersenyun renyah.

Aku dan Ali berpandangan,tersenyum geli dengan tingkah laku presiden ini.

"Baiklah,kalau begitu mari kita keluar Pak. Semua orang sudah mencemaskan Bapak termasuk keluarga". Ucap Ali yang sepanjang obrolannya memamerkan deretan gigi-giginya.

"Oh baik kalau begitu,hanya tinggal beberapa pintu kita sudah bisa keluar di belakang gedung Istana negara". Kata Pak Presiden yang mulai berdiri bersiap kembali ke luar ruang bawah tanah.

Benar kata Bapak Presiden. Hanya kurang lebih tiga pintu mereka sudah mencapai pintu belakang istana Presiden.

Para polisi dan TNI masih sibuk berjaga dan mencari keberadaan presiden.

Aku dan Kamu.Kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang