"Saya sedang bertugas disini,saya mohon bantuan anda bapak Tobi".
"I..iya tuan. Silahkan di lanjutkan. Atau ada yang bisa saya bantu". Tawarnya.
Ali menggeleng dan tersenyum, "tidak usah gugup. Panggil saja Ali. Silahkan anda melanjutkan pekerjaan ands,karena saya membutuhkan konsentrasi disini".
"Baik". Ujar Tobi dan berlalu dengan cepat.
Ali kembali menatap tajam sasarannya. Ada beberapa orang yang sudah berdatangan karena hari sudah mulai larut.
****
"Nenek berlari mencoba mencari bantuan,tapi nihil. Tidak ada satu orang pun yang melintasi jalan ini. Saya mulai takut,takut Bapak dan Ibu tidak tertolong lagi. Lalu saya teringat kamu dan Raja". Kata Nenek Sri menatapku.
"Ketika saya mengintip dari luae jendela,pria jahat itu keluar dengan senyum liciknya menuruni tangga.
Tak mau menjadi korban dia,saya berlari menuju kamu dan raja yang bermain di taman. Saya menggendong Raja dan menuntun kamu ke jalan raya".Air mata Nenek Sri mulai menetes kembali,di usapnya dengan kedua tangan yang keriput.
"Lalu saat itu ada bus yang melintasi,Nenek langsung menaikanmu dan Raja di bus itu. Entah bus itu mengarah kemana, saya tidak ikut naik".
"Kenapa Nenek tidak ikut bersama bus itu".
"Saya merasa punya tanggung jawab atas Bapak dan Ibu. Saya takut".
Kata Nenek Sri menyenderkan kepalanya di tiang tangga.
"Di pikiran saya saat itu yang terpenting adalah kamu dan Raja pergi dari tempat ini. Dan kali ini Nenek baru bisa melihatmu lagi".
Tak terasa air mataku ikut menetes,membasahi lantai yang berdebu.
"Apa se tragis ini kisah keluargaku". Batinku meremas kesal kepalaku.
"Bapak dan Ibu sempat di larikan ke rumah sakit. Tapi sudah terlambat. Ibu pergi saat masih dalam perjalanan. Bapak masih sempat memberikan pesan terakhirnya untuk suatu saat nanti ketika Kamu dan Raja sudah dewasa,rumah serta gedung kantor ini adalah milikmu dan Raja".
"Jadi Orang tua aku". Tangisku semakin pecah,Nenek Sri berusaha menenangkanku dan memelukku.
"Semua sudah terjadi,kamu harus ikhlas".
"Tapi Nek...".
"Ssttt,jangan mengeluh. Hari sudah larut sebaiknya kamu pulang. Besok kalau kamu ingin tahu lebih banyak kamu kesini lagi ya".
Kulepaskan pelukan Nenek Sri,kutatap dia lekat-lekat."Nenek ikut saja denganku". Nenek sri menggeleng," nanti ketika kamu sudah di rumah yang seharusnya kamu tinggali,Nenek akan tinggal bersamamu".
Deringan telphon Prilly lagi-lagi merusak suasana haru ini.
"Prill lo dimana sih,jam berapa ini". Teriak Sophie dari balik telphone.
"Gue ada urusan,gue nggak bisa kesana sekarang".
"Tugas lo?".
"Gue udah dapet tugas,dan gue mau ini yang terakhir". Ucapku sedikit membentak.
"Tapi kenapa sih lo.."
*tututut*