Senyuman tak henti-hentinya terlukis.
"Istirahat gih,biar sembuh".
"Nggak mau,capek. Bosen di kamar terus".
"Lagian ngapain aja selama ini di dalam kamar terus udah kaya ayam ngeramin telor hahaha". Goda Ali tertawa renyah.
"Ihh kok gitu sih,yaudah aku ngambek". Ucapku menjauhkan dudukku dari Ali.
"Bener nih ngambek?". Ali terus menggoda Prilly.
"Ahh bodo aku ngambek,ngambek...".
"Masih mau ngambek atau..". Kata ali yang siap mnggelitik Prilly.
"Ahh kamu mah gitu,ampun deh ampun udah aku capek". Kataku menyerah," eh kamu kok nggak nanya kenapa aku bisa maafin kamu". Tanyaku yang mungkin itu adalah pertanyaan bodoh.
"Huuuhhhffff". Hela nafas panjang Ali membuatku tersenyum geli.
"Gini yaa Prilly sayang,aku nggak mau tau itu. Selama ini,selama lima tahun ini aja nggak pernah lihat kamu senyum aja itu udah jadi dosa terbesar aku."
"Alahhh modus lu".
"Kok modus sih. Gini loh,karena buat aku nggak perlu banyak alasan untuk seseorang tertawa bahagia, semua berawal dari diri kita masing-masing. Jadi aku yakin dalam diri kamu sudah ada keyakinan kalau nantinya kita akan bersatu lagi makannya tanpa alasan pun kamu bisa maafin aku". Kata Ali bersungguh-sungguh.
"Oh gitu,bisa yaa ngarangnya". Kataku mencubit hidung Ali.
"Itu asli dari hati Prilly,bukan karangan bebas sayang". Aku hanya bisa tersenyum,ini awal dari segalanya.
Awal kebangkitanku dari keterpurukanku bertahun-tahun lalu.
"Terimakasih Tuhan,kau telah membukakan pintu hati bidadariku". Batin ali menatap Prilly penuh cinta.
"Oh iya tadi itu siapa sih". Tanya Ali.
"Nggak tau,orang sirik kali". Jawabku sekenanya.
Ali masih tidak tahu tentang Papa dan Bunda Prilly.
Aku belum siap mengatakan ini kepada Ali,belum lagi aku memikirkan Raja yang hingga sekarang belum kutemukan.
"Eh tapi kamu hebat ya sekarang".
"Kok bisa? Biasa aja kok". Kataku menatap heran Ali.
"Jago fighting ya ciee sejak kapan tuh". Goda ali menoel hidungku untuk ke sekian kalinya.
"Sejak kamu pergi". Raut wajah Ali langsung berubah 180 derajat. Iaterdiam. Rasa bersalah yang begitu besar menyelimuti diri Ali lagi.
"Honey...pliisss deh nggak usah cembelut gitu. Sini..sini yang kemaren itu lupain aja. Sekarang yang penting kamu tuh udah sama aku lagi". Ucapku merangkul Ali.
Aku tidak ingin mengingat semua hal buruk yang telah ku lalui, semua sudah terjadi.
Waktu akan terus berjalan ke depan,bukan ke belakang.Aku ingin bangkit,menjadi Prilly yang kuat.
"Kamu wanita hebat Prilly". Puji Ali memeluk Prilly.
Pelukan hangat yang sangat mereka rindukan.
"Ini tentang cinta,tentang kita.". Kata Ali masih tidak melepaskan pelukannya.
"Aku dan Kamu. Pengeran dan Putri yang berhasil melewati kejahatan yang datang menyerang Kerajaan kita". Ucapku terkekeh.
"Kok ketawa sih". Tanya Ali merenggangkan pelukannya.
"Lucu aja,kerajaan kita..".