Chapter 50

113K 2.3K 28
                                    

Prilly masih terpejam,ia belum sadarkan diri.
Ali bangkit dari duduknya,ia berlari kecil menuju suatu tempat.

Taman tujuannya.

"Mawar". Batinnya.

Ali memetik satu mawar merah dengan sedikit senyuman,ia kembali ke kamar Prilly membawa mawar itu.

"Sayang,ini buat kamu. Kamu inget nggak lima tahun yang lalu aku pernah memberimu mawar ". Ucap Ali mengusap air matanya,ia tak kuasa menahan beban di hatinya.

Terlukis sedikit senyuman pada wajah Prilly,tapi ia tetap tak membuka mata.

Berjam-jam Ali mendampingi Prilly tapi ia tetap tidak sadarkan diri.

Ali kelelahan,tenaganya terkuras habis sejak melakukan penyelidikan.
Ali pun terlelap di samping ranjang Prilly,ia butuh tidur.

****

Di kota yang berbeda,Pak Syarief bersama putrinya,Kaia mulai cemas.

Sudah beberapa minggu Ali di Jakarta tanpa ada kabar.

"Pa,apa kita susul aja Ali ke Jakarta?". Tanya kaia dengan nada khawatir.

Pak Syarief seperti biasa,sikap santainya membuat ia terlihat tenang.

"Kaia,adikmu itu jagoan negara kita. Percaya sama papa,dia baik-baik aja". Ujar Pak syarief tersenyum.

"Huuuuhhhff". Kaia menarik nafas panjang," oke kalo gitu semoga baik-baik aja".

"Lagian tu anak pake ganti nomer segala". Oceh Kaia membuka-buka majalah.

Pak Syarief hanya tersenyum melihat putrinya itu.

Sebenarnya ia tahu keadaan Ali,bahkan ia sudah mendengar tentang siapa dalang Narkotika.

Tentang Prilly.

Tapi ia masih diam,ia ingin Ali berusaha dengan caranya sendiri bagaimana perjuangan dia untuk mendapatkan cintanya kembali.

Membahagiakan Prilly seperti dulu.
Karena sekuat apapun seorang pria,ada seorang wanita yang selalu mendukung di kala susah atau bahagia.

Pak Syarief menyadari,Prilly lah yang pantas mendampingi anak lelakinya itu.

****

Sinar mentari pagi yang masuk ke dalam ruangan kamar inap Prilly membangunkan sosok lelaki yang terlelap sejak malam tadi.

Keadaannya sungguh kacau,jangankan untuk membersihkan diri. Untuk mengisi perut saja ia abaikan.

"Haruskah ku katakan cinta ku ragu tuk menyatakannya...
I'm fall in love".

Suara deringan handphone membuat Ali mencari-cari dimana sumber suara tersebut.

"Tas Prilly". Gumamnya.

Ali bangkit dari duduknya,menarik kedua tangannya ke atas untuk sekedar meregangkan otot-ototnya.

Ia meraih tas Prilly yang berada di sandaran sofa tamu.

"Sophie". Nama yang tidak begitu asing bagi Ali.

Tak pikir panjang,Ali menerima telphone itu.

"Halo Prill,lo dimana? Keadaan lo gimana? Barangnya selamat kan?". Celoteh Sophie dari balik handphone.

Otak Ali langsung bekerja,"pasti dia orangnya". Gumam Ali.

Ali memutuskan telphone dan membuka massage. "Gue baik-baik aja,gue ngga bisa ngomong karena gue dalam persembunyian. Lo dimana?".

*Send*

Ali membuat taktik baru.

Aku dan Kamu.Kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang