"Saya akan usahakan secepatnya untuk tugas ini Pak,sebenarnya banyak di luar sana sindikat narkoba yang pernah saya usut adalah wanita bahkan lebih mudah dari saya. Jadi saya tidak begitu terkejut,mohob kerja sama dengan tim disini".
"Baiklah,hari ini kau boleh menyegarkan otak dulu. Bukannya kau sudah lama tidak berkunjung di Ibu kota ini,lihatlah kau semakin gagah dan saya semakin tua hahaha".
Ali tersenyu,"hahaha bapak bisa saja. Baiklah saya permisi dulu Pak."
Tujuannya saat ini adalah rumah Cemal.
Karena dia satu-satunya sahabat Ali yang bisa membantunya mencari Prilly.Ali bergegas menaiki mobil kantor yang khusus di berikan kepada Ali selama ia di Jakarta.
Selang beberapa menit,ia sudah tiba di depan Gerbang rumah Cemal.
Tapi ada yang berbeda dari rumah ini,catnya sedikit usang. Rerumputan menjalar di sekitar pintu gerbangnya,seperti rumah tak berpenghuni.
Ali membuka pintu gerbangnya,mencermati keadaan sekitar rumah yang sepi.
"Kok kaya ga ada orang ya". Gumam Ali menyelidik.
"Maaf mas cari siapa?".
Tiba-tiba muncul seorang wanita paruh baya di belakang Ali,sontak saja ia terkejut.
"Eh Ibu datang tiba-tiba saya jadi kaget,maaf saya mau nanya. Cemal pemilik rumah ini ada nggak ya Bu?".
"Oh.. keluarga Bapak Faruq. Cemal anaknya Bapak Faruq yang kayak bule Turki itu ya". Kata ibu ini membuat Ali terkekeh.
"Bule Turki". Ada-ada aja deh ni Ibu.
"Iya Bu yang cuakep banget. Nama Ibu siapa ya". Goda Ali. Rasa humor Ali keluar begitu saja membuat Ibu -ibu di depan Ali ikut tertawa.
"Panggil aja Ibu Saroh.Anu Mas, keluarga Bapak Faruq sudah pindah sejak Cemal kuliah di luar negeri.
Sekitar empat,lima tahun yan lalu".*DEG!*
Penjelasan Bu Saroh membuat Ali kembali memutar otak.
"Pantas saja Cemal tidak pernah menghubungiku". Batin Ali.
Apa yang harus ia lakukan? Siapa yang akan membantunya mencari keberadaan Prilly yang sama sekali tidak di ketahuinya.
"Mas,mas ganteng". Bu Saroh melambaikan tangannya di hadapan Ali.
Mungkin karena ia menangkap wajah Ali yang sedang melamun."Mas,nggak apa-apa"?.
"Nggak kok Bu,makasih ya informasinya,saya pergo dulu". Kata Ali seraya memasuki mobilnya kembali.
Ia kembali berfikir di dalam mobil,
"masa gue harus minta bantuan polisi. Emangnya Prilly ilang kan dia pindah tapi nggak tau dimana bukan ilang". Pikir Ali menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
Ali menginjak gas dan kembali menjalankan mobilnya menelusuri kota Jakarta.
****
Aku terdiam di kamar,kurebahkan tubuhku yang sunggug sangat lelah.
Kubolaik-balik badanku,hingga mataku menangkap sebuah kotak tua bercorak batik.
Kotak yang ku bawa dari gedung tua dulu,hampir lima tahun sudah tapi tak pernah sekalipun aku membukanya.
Aku beranjak dari tidurku,mengambil kotak tersebut dan memerhatikan setiap motif yang tergambar disana.
"PLTC". Ucapku saat ku tangkap huruf-hutuf itu di bawah kotak.
Aku semakin penasaran dengan isi kotak yang kubawa dari rumah tua itu.
Kubuka perlahan,seekor laba-laba berlari saat ku tiup debu-debu yang singgah di atas sebuah kain hitam.
Kuperhatikan lagi dalam-dalam.