Pintu terbuka,muncul dua orang laki-laki memakai jas putih membawa botol kaca seperti senyawa kimia.
Ali menatap Digo dan mengangguk,begitu juga drngan Digo.
*BRUAK*
Tendangan manis dari kedua laki-laki tampan itu mengenai punggung pria berjass putih tersebut.
Sontak saja mereka jatuh terjungkal.Ali mendekati salah satu pria itu,ia meraih kerah bajunya dan sedikit mengangkatnya.
"Si..siapa kalian". Tanyanya ketakutan.
Ali tersenyum,"kita yang akan mengahancurkan kalian". Lanjut Ali.
"Am..ampun..ampun saya hanya bekerja atas suruhan tuan HYDRA". Ucapnya memelas.
"Omong kosong,cepat katakan dimana letak ruang kendalinya". Tanya Ali dengan raut wajah garang.
"Di..disana..di dalam sana ruangan itu di jaga ketat oleh pria-pria bertubuh besar". Jawabnya tak mau mengambil resiko terkena pukulan Ali.
*TETETETET*
Suara alarm.
Di luar dugaan,pria yang lepas dari cengkraman Ali menekan alarm.
"Sial!". Umpat Digo.
Pintu terbuka,lima orang berjajar membawa pistol yang siap menembak siapa saja.
Ali dan Digo saling pandang. Duh awas jatuh cinta ya hihi.
Mereka saling mengangkat bahu,tangan Ali bergerak cepat mengambil lima pisau kecil dari celananya.
Dengan cepat ia melemparkan semua pisau tersebut secara bersamaan.
"Aarrrgghh". Rintih kelima pria itu.
Pertikaian pun tak dapat di hindarkan.
Dengan cepat Ali dan Digo mengambil pistolnya.Baku tembak pun menjadi seperti petasan di malam tahun baru.
Semua orang yang berusaha menembak Ali mau pun Digo tidak berhasil.
Ali dan Digo masih mampu melawan perlawanan disana.
"Lo pergi sekarang,hentikan roket itu biar gue yang tanganin ini". Ucap Digo di sela-sela pertempuran.
"Oke gue pergi". Kata Ali berlari ke sudut ruangan yang penuh dengan kaca dan bahan kimia itu.
Tidak mudah,Ali banyak di hadang oleh pasukan HYDRA.
Ia meraih lima buah kinai dan di lemparkannya dengam cepat saat lima orang laki-laki membawa pisau akan menghadangnya.
Ali memijakkan kaki di meja sebagai tumpuan hingga ia bisa salto di udara dan pada saat itu pistol yang ada di tangannya di tembakan dengan cepat.
"Fyuuhhh,tembakan ampuh". Gumam Ali dengan senyuman puas saat mendarat membelakangi lawan-lawannya.
Selangkah lagi ia mencapai tempat roket yang siap di luncurkan.
"Aarrrggghhh". Teriakan Digo membuat Ali berbalik. Digo terkena tembakan tepat di lengan kanannya.
Peluh mengalir dengan deras di tubuh Ali maupun Digo.
Tetesan darah dari tubuh mereka menetes membasahi lantai.
Waktu seakan terhenti,Digo menahan rasa sakit yang luar biasa. Ia memandang Ali penuh arti.
"Nggak usah peduliin gue. Cepet lo pasang virus itu". Teriak Digo dengan raut wajah menahan sakit di tangannya.
Ali terdiam.