Chapter 18

134K 2.8K 5
                                    

"Ada,tapi gua nggak tau isinya apa'an masa gua buka-buka". Kata Cemal hendak memasuki mobilnya.

"Lo mau ikut kagak". Kata Cemal membuka jendela samping pintu mobilnya.

"Iye..iye nggak sabaran banget sih". Ucap Mila sewot.

Mereka berdua pun menuju rumah Prilly. Cukup memakan waktu lama untuk kerumah Prilly yang memang lumayan jauh dari sekolah.

****

Jenuh mulai menghampiriku.

Aku lelah,aku beranjak dari tempat tidurku saat senja tiba.

Kubuka pintu rumah,yang kulihat pertama kalinya adalah teras rumahku yang sangat kotor,seperti rumah yang tak berpenghuni.

Berminggu-minggu aku memang tidak melakukan aktifitas sama sekali,sekarang pun aku masih malas untuk membereskan semua ini.

Masih dalam keadaan yang sangat kacau,aku melangkahkan kakiku menelusuri setapak demi setapak jalanan kota mengikuti langkah kaki yang entah akan membawaku kemana.

Bisingnya kendaraan yang berebut jalan ingin mendapatkan jalan yang tercepat untuk sampai kerumah masing-masing membuatku tersenyum heran.

"Kenapa mereka tidak mau bersabar?". Batinku.

Langkahku terhenti saat aku melihat gedung tua yang menjulang tinggi menutupi bayangan senja yang sejak tadi memberiku teman,bayanganku.

Aku mulai penasaran,akhirnya aku membelokkan arah langkah kakiku menuju pintu gerbang gedung.

Kubuka perlahan pintu yang terlihat sangat rapuh itu pelan-pelan.

Kulangkahkan kakiku memasuki gedung tua itu.

Dinding-dindingnya banyak yang rusak,berlapiskan rumput liar yang tumbuh pada setiap retakan gedung,catnya sudah pudar.

Sarang laba-laba bertengger pada setiap sudut rumah.

Debu berterbangan di mana-mana.
Bahkan ada beberapa kelelawar yang berkeliaran saat tadi kubuka pintu.

Keadaan rumah ini cukup gelap,hanya penerangan dari sinar matahari yang masuk lewat cela jendela besar yang tertata tapi di dinding.

Cukup menyeramkan tapi aku tak perduli,rasa penasaranku masih terlalu besar untuk di kalahkan oleh rasa takut.

Lalu kunaiki anak tangga yang akan mengantarkanku pada puncak gedung tua.

Anak tangga yang terlihat rapuh membuatku sedikit waspada,aku berpegangan pada dinding tangga.

Banyak lukisan-lukisan tua yang masih tertempel di dinding tangga.

Sudah tidak begitu jelas memang gambarnya tapi aku sangat ingin melihat apa yang ada pada lukisan itu.

Aku terhenti tepat pada sebuah lukisan berbingkai emas yang sangat indah.

Kutiup debu-debu yang menghalangi gambar itu.
Samar-samar terlihat ada empat orang yang sepertinya sebuah keluarga.

Di bawah lukisan itu terdapat sebuah tulisan

" Keluarga LT.....". Tulisan itu berhenti di huruf T.

"Keluarga siapa ya". Gumamku yang masih memperhatikan lukisan itu.

"Sepertinya dulunya keluarga ini sangat terpandang,rumah ini sangat mewah". Lanjutku seraya menghapus debu-debu yang menutupi wajah lukisan itu.

Aku dan Kamu.Kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang