Di sekitar rumah Prilly sudah sepi.
"Pasti yang lain udah kabur". Ucapku saat membuka pintu rumah.
"Baru kali ini gue lengah?gue nggak boleh gagal". Tekadku lalu melangkah masuk ke dapur.Mengambil koper dan kembali menuju mobil.
Gas ku injak dengan cepat,mobilku melaju melewati jalan tikus untuk mempercepat perjalananku.
"Sial !!". Decitan rem mobilku membuat suasana hening menjadi kacau.
Ternyata polisi telah mengetahui keberadaanku,sejak awal aku masuk rumah pun mereka telah mengintaiku.
Kini aku terkepung.
1,2,3,4...15 Polisi mengitari mobilku."Kurangajar !". Umpatku kesal,kali ini aku kecolongan.
Aku memilih turun dari mobil,melawan mereka.
Meskipun aku tak yakin sanggup melawan mereka."Ada perlu apa". Tanyaku turun dari mobil dan bersandar di depan mobil melipat kedua tangan.
Salah seorang dari mereka maju ke hadapanku.
"Cantik". Kata polisi berseragam lengkap yang membuatku mual.
Aku tersenyum sinis," ada perlu apa". Tanyaku lagi.
"Lebih baik kamu serahkan barang itu". Kata Polisi tak tau malu ini memegang lenganku.
"Maaf gue nggak suka tangan lo nyentuh gue".
*BRUAK*
Pukulan manis tangan kananku tepat mengenai mata polisi ini.
Ia tersenyum,"kurang kali ye". Batinku melayangkan pukulan manis sekali lagi kali ini darah segar mengucur dari sudut bibirnya.
Dia tak melawan,entah apa mau polisi ini.
"Pukulan yang bagus".
Ujarnya mengusap darah di bibirnya.
Kulihat kakinya mulai bergerak,sontak saja aku menghindar.
Pukulan keras ku luncurkan tepat pada perut dan tengkuk lehernya hingga ia jatuh terselungkur di kakiku."Mau nyerang gue gayanya kayak berbie". Ejekku membuat yang lain geram.
Sangat jelas terlihat pada wajah para polisi ini di penuhi amarah,ingin mengoyakku seakan mereka binatang buas.
1,2,3 polisi yang lain mulai melangkahkan kakiknya menuju arahku berdiri.
Menyerang membabi buta.
Sedikit menguras tenaga, mereka masih dapat ku tangani.
"Angkat tanganmu !". Seru salah seorang polisi dari belakang mobil yang sudah siap menembakku kapan saja ia mau.
Suara tarikan pistol membuat Prilly was-was.
Sontak saja ia menunduk,meraih pistol di hadapannya.
Dengan cepat ia membuka kunci pistol.*DOR*
Tembakan Prilly tepat mengenai tangan polisi yang akan menembaknya.
Lima polisi sudah dapat ia tangani,bagaimana dengan yang sepuluh.
"Maju lo!". Tantangku.
Tanpa di duga,seorang polisi melayangkan pukulan keras mengenai kepala Prilly.
Konsentrasi dan fokus Prilly hilang begitu saja.Pandangannya mulai kabur,"nggak,nggak gue harus kuat".
Prilly berusaha bangkit,tapi sakit di kepalanya tidak bisa di tahannya.
Pandangannya mulai kabur lagi,samar-samar ia melihat para polisi itu tersenyum puas.