Chapter 69

106K 2.1K 9
                                    

Ia mengangguk," di ujung jalan ini. Rumah besar yang mewah. Di sana ia tinggal".

"Kita sudah dekat,Raja..tunggu kakak". Batinku.

"Siapin semuanya,kita jalan kaki dari sini". Ucap Ali bersiap.

Aku mengangguk menurut.

"Pak,kalau ada apa-apa Bapak masuk saja ke dalam mobil saya yang di parkir di belakang rumah Bapak. Jangam lupa di kunci. Saya jamin bapak aman disana". Kata Ali lalu keluar dari rumah tersebut.

"Ali,kamu yakin dengan cara kaya gini?".

Ali mengangguk," orang kaya gitu nggak mungkin bisa di ajak ngobrol bae-bae". Bisik Ali yang masih berjalan cepat tapi tanpa suara. Memang ahlinya menyusup.

Prilly mengikutinya dari belakang,matanya terus menatap tajam setiap sudut jalan.

"Aku naik dinding ini,kalau aman nanti aku bukain pintu disana. Kamu masuk oke". Bisik Ali.

Aku mengangguk dan berlari kecil menuju pintu kecil yang Ali maksud.

"Siapa lu". Tiba-tiba ada seorang lelaki memergoki Prilly yang hendak masuk.

"Haiii.."

*BRUAK*

Pukulan tangan manis Prilly mendarat pada kepala lelaki tersebut.

"Upss,kena!". Lanjutku.

"Ssttt...".

*BRUAK*

Tendangan tepat pada sasaran,ia jatuh di bawah kaki Prilly.

"Babay...". Kataku tersenyum meninggalkan laki-laki itu.

"Tendangan yang bagus". Puji Ali terkekeh.

"Serius ih jangan ketawa,buruan masuk". Ajakku memasuki entah sebuah rumah atau gudang karena betukuran lebih kecil dari yang utama.

Penerangan disana sangatlah sedikit,hanya cahaya lampu dari luar yang masuk dari celah kaca.

"Sst... coba kamu dengerin".

"Anak kecil,nangis ya". Gumamku.

Aku menyalakan senter kecil,ku sorotkan pada setiap sudut ruangan.

"Disana". Ucapku ketika melihat seorang anak perempuan meringkuk sambil menangis.

Aku menghampiri gadis kecil yang penuh lebam pada tubuhnya.

"Kamu kenapa sayang?". Tanyaku mengusap sisa-sisa air mata yang jatuh pada pipinya.

Dia hanya diam dan menggeleng.

Aku menatap Ali penuh tanya,air mataku hampir jatuh.

"Kasihan dia..". Gumamku.

Ali merangkul Prilly,mengkuatkannya.

"Kita akan bebasin dia". Kata Ali mantap.

"Kamu ikut kakak ya,kita keluar dari sini".

Prilly dengan cepat menggendong gadis kecil itu," temen kamu yang lain dimana?".

"Di belakang". Ucapnya pelan.

"Ayo kita kesana". Ajak Ali mulai melangkahkan kakinya.

Ali memandu Prilly dengan hati-hati menuju rumah belakang yang di maksud gadis kecil itu.

"Hey.." Langkah Ali dan Prilly terhenti.

Mereka serentak menengok ke belakang.

"Ada perlu apa?". Tanyan seorang laki-laki bertubuh tegap.

"Tidak ada,hanya menjemput adik kami". Jawab Ali santai.
Tangannya merogoh ke dalam saku.

Mengambil sesuatu,senjata yang sangat ia sukai.

"Mampus lo !". Ucap Ali seraya melayangkan senjata yang sangat ia sayangi. Berbentuk seperti sumpit yang setipis jarum suntik dan dapat menyimpan cairan yang bisa melumpuhkan lawan hanya sekali tancap.

"Hebat". Ucapku menyunggingkan sebuah senyuman.

Ali dan Prilly kembali melanjutkan perjalanannya.

"Sayang itu rumahnya?" Tanyaku pada gadis kecil yang hanya diam sejak aku menggendongnya.

Ia hanya mengangguk.

"Kamu bisa lawan mereka kalau gendong anak gini?". Tanya Ali yang ternyata khawatir.

Aku menggangguk," aku bisa jadi buas kalo udah dapet musuh".

"Hahaha..." Ali terkekeh kecil.

"Sstt...aku periksa dulu pintunya." Lanjutnya meraba-raba pintu.

Prilly dengan awas menatap tajam setiap sudut rumah. Sepi dan gelap.
Sedikit penerangan membuat mereka tidak secepat biasanya.

"Ali menyingkir dari sana!".

Teriakku melihat sebuah 'kinai' (senjata lempar dari Jepang berbentuk bintang yang terbuat dari besi) melesat keras,cepat,dan tajam mengarah pada Ali.

Dengan sigap pula Ali menggeser tubuhnya,ia menajamkan penglihatannya mencari-cari sumber arah dari mana kinai itu berasal.

"Hati-hati Ali,kita sekarang di kandang macan". Ucapku pelan.

Ali mengangguk tanda mengerti.

"Keluar lo". Tantang Ali.

Kali ini mereka sudah ke pergok,tidak ada mengendap-endap lagi.

Mereka harus berani dan harus bisa melawan semua anak buah Vhii yang terkenal sadis.

"Kamu masuk kumpulkan anak-anak". Perintah Ali.

"Tapi kamu.."

"Udah kita bagi dua dulu,aku beresin mereka oke".

Aku dan Kamu.Kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang