Lima bulan sudah Prilly di rawat di rumah sakit. Ia tetap tidak memberikan tanda-tanda untuk sadarkan diri.
Ali dengan setia menjaga dan terus mendoakan kesembuhan istrinya.
Dan sesuai pesan Prilly,ia tetap mempertahankan kandungan Prilly meskipun Dokter menyarankan untuk di bedah namun beresiko kematian bagi calon anaknya.
Ali tak ingin mengecewakan Prilly dengan berat hati,ia berusaha mempertahankan janin yang ada dalam rahim istrinya tersebut.
dan akhirnya Prilly pun harus mendapat suntikan vitamin lebih setiap harinya untuk tetap menjaga kesehatan tubuhnya dan sang bayi.
"Kamu selalu cantik". Ucap Ali mengelus lembut pipi Prilly yang terasa sangat dingin.
Ia menatap wajah istrinya yang pucat,badannya semakin kurus namun kandungannya mulai membesar.
"Kamu sudah memasuki lima bulan,anak kita akan lahir sayang,empat bulan lagi". Ucap Ali meneteskan air mata tepat jatuh membasahi mata Prilly dan mengalir layaknya Prilly yang menangis.
"Kamu tahu,aku ingin ngajak kamu ke suatu tempat. Tempat yang indah banget". Ucapnya lagi seraya menghapus air matanya sendiri.
Wajahnya memerah,ia tak sanggup menahan air matanya lagi.
"Aa..aku ya..yakin kamu pasti seneng". Kata Ali sesenggukan.
"Tapi kamu harus janji,kamu harus sadar sayang". Tambahnya lagi.
Kaia dan Cemal juga silih berganti mengunjungi Prilly untuk mengganti Ali agar ia bisa beristirahat.
Ali,Cemal dan Kaia sudah sepakat tidak akan memberi tahu siapa pun termasuk Raja,Nenek Sri dan Pak Syarief tentang keadaan Prilly karena akan membahayakan keselamatan Prilly jika ada seseorang yang mengincar keluarga Ali.
Karena hingga saat ini pun,pekerjaan Ali beresiko bagi keluarganya.
Akhirnya ia mensiasati dengan sebuah alasan,yah alasan.
Ali berpamitan ke luar negeri kepada semua keluarganya untuk mengusut suatu misi.
Satu-satunya alasan yang menurutnya ampuh dan tidak akan di tentang oleh siapapun.
*Krek*
Pintu ruangan Prilly terbuka,Dr.Frida dan dua orang suster mengikutinya dari belakang.
"Permisi Pak,kami akan memeriksa Ibu Prilly sebentar". Ucap Dr.Frida dengan senyuman manis yang selalu terpancar dari wajahnya.
Ali pun mundur sembari mengusap air matanya dan duduk pada sofa yang tersedia disana.
Ia mengamati Dr.Frida yang sibuk memeriksa Prilly.
"Ibu Prilly ini selalu cantik,ia coma tapi seperti orang yang tertidur". Kata Dr.Frida setelah menyelesaikan tugasnya.
Ali tersenyum mendengar pujian Dr.Frida.
"Dia memang selalu cantik,dan dia adalah wanita terhebat yang pernah saya temui".
Dr.Frida kembali tersenyum,ia menepuk bahu Ali.
"Saya yakin,Ibu Prilly akan sembuh dan bisa melahirkan normal". Ucapnya lalu pergi dari ruangan Prilly.
****
Hening menyelimuti kamar rawat Prilly,yang terdengar hanya suara detak jantung jam di dinding.
"Udah selama ini kamu nggak nyapa aku,kamu dimana sayang". Gumam Ali.
Matanya mulai mengantuk,seharian ia tidak memejamkan mata sama sekali.
Perlahan matanya mulai menutup,terlelap dalam gelap."Honey ngapain kamu disini? Honey kok tidur disini sih,bangun dong bangun... Kamu kenapa?".
Suara Prilly terdengar jelas di telinga Ali,ia ingin membuka mata tapi ia takut. Ia takut suara itu bukan milik Prilly.
"Honey ihhh aku ngambek nih".