Selama itu pula aku tak pernah membuka pintu rumahku meskipun hanya sekedar menghirup udara segar di luar sana.
Jangankan sekolah,untuk sesuap nasi pun aku lupa.
Pernah sampai pingsan dan aku tersadar sendiri,di saat itu lah aku memakan makanan yang ada agar tidak semakin parah.
Aku juga tidak ingin mati sia-sia.
Selama itu juga aku tak pernah mendapat kabar dari Ali.
Aku sempat mengiriminya e-mail.To : M.Ali Syarif
From : Prilly.M.LtcHai sayang,apa kabar?
Gimana keadaan kamu? Nggak lupa sama aku kan :')
Aku kangen banget sama kamu,kalo kamu ada waktu bales pesanku ya :)
Love you honney ♥♥Send.
Berhari-hari ku menunggu balasan dari kamu,tapi hanya harapan kosong yang kuterima.
Aku mulai lelah,tanpa adanya komunikasi sama sekali dengan Ali.
Sejak dua bulan keberangkatan Ali yang tanpa kabar dan tak pernah membalas semua pesanku,aku tak pernah berusaha menghubunginya lagi.
Bukan aku menyerah begitu saja,mungkin hatiku lelah.
*****
"Kak,liat buku nomor yang aku taruh di atas meja nggak?".
Tanya Ali kebingungan mencari-cari sesuatu di kamarnya.
"Buku apa Li,nggak pernah liat tuh". Jawab Kaia yang memang tak tahu sama sekali apa yang di cari Ali.
Ali terus saja mencari dan mencari tanpa menjawab pertanyaan Kaia hingga membuat kakaknya ikut bingung.
"Buku apa sih Li?." Tanya Kaia lagi.
"Buku kecil warna item,disitu ada nomor Prilly". Jawab Ali tanpa menoleh.
"Sini deh sini,kalo nyari sesuatu itu jangan panik. Entar malah nggak ketemu".
Ali duduk di samping Kaia, ia tertunduk meremas kesal rambut kepalanya.
"Aarrrgghhhhh !". Teriaknya kesal.
Kaia tersenyum melihat tingkah adiknya itu. Ia membelai lembut punggung Ali.
"Ceritain ke kakak ada apa Ali".
Untuk beberapa detik,Ali hanya terdiam. Pandangannya mengarah ke dinding,tatapan kosong.
"Prilly...". Kata Ali lirih,ia kembali memukuli kepalanya berulang-ulang.
"Arghh...arghhh...!!".
"Ali,lo jangan bodoh dengan nyakitin diri lo sendiri". Bentak Kaia membuat Ali sedikit kaget.
"Sejak dua bulan lalu,sejak Papa membuang handphone kita..aku sama sekali nggak pernah ngubungin Prilly".
"Tapi itu kan Papa lakuin agar mereka tidak bisa melacak keberadaan kita".
"Aku tau kak,aku paham. Aku sudah mencatat nomor dia di buku itu. Tapi bukunya hilang nggak tau kemana". Ucap Ali sedikit membentak.
"Kakak akan bantu agar kamu bisa menghubunginya lagi". Ucap Kaia meyakinkan Ali meskipun sebenarnya ia tak begitu yakin bisa memenuhi perkataannya sendiri.
****
"Mil,lo yakin Prilly baik-baik aja?". Tanya Cemal mulai khawatir mengingat Prilly tidak pernah menunjukan batang hidungnya sama sekali di sekolah.
"Yakin kok,udah deh tenang aja.". Jawab Mila tak mau kehilangan kesempatan berdua bersama Cemal,tap ternyata Mila salah. Cemal berdiri dari duduknya dan hendak melangkahkan kakinya.
"Mau kerumahnya?". Lanjut Mila menahan tangan Cemal.
"Iya emang gue mau kesana,udah dua bulan dia nggak sekolah dan lo dengan yakinnya bilang dia baik-baik aja". Ucap Cemal sedikit jengkel," Oh ya ampun gue lupa ada titipan dari Ali buat dia". Kata Cemal yang memang benar-benar lupa.
Karena setelah Ali memberikan tas itu,ia simpan dalam lemari.
"Titipan apa?" Tanya Mila penasaran.