Kupandangi setiap sudut kota,memang berbeda dengan kota pada umumnya.
"Tragis". Gumamku .
Kejahatan di biarkan saja di kota ini.
Preman-preman berlalu lalang membawa senjata tajam untuk merampok,merampas harta benda orang yang lemah.Itu lah sedikit gambaran dari kota ini yang ku lihat sepanjang jalan.
"Dimana otak orang-orang di sini". Ujar Ali yang memperhatikan orang-orang tidak berperikemanusiaan itu.
"Sayang kamu siap? Orang disini yahh...seperti yang kamu lihat". Tanya Ali pada Prilly yang masih memandangi dunia malam yang tragis.
"Aku selalu siap honey". Jawabku menatap Ali.
"Pegang ini,sembunyikan". Kata Ali memberikan sebuah pistol dan pisau tajam kepada Prilly.
Prilly mengangguk.
Ketika Ali merasa sudah siap,ia menepikan mobilnya dan mulai turun dari mobil begitu juga dengan Prilly.
"Jangan gugup,bersikap seperti biasa". Bisik Ali menggandeng tangan Prilly.
Mereka menuju sebuah diskotik,entah apa tujuannya. Mereka hanya mencoba mengenal lebih jauh orang-orang di sana.
Dentuman musik sangat keras,bau-bau alkohol menusuk hidung.
Prilly ingat kehidupannya dulu,ia menunduk.
"Gue harus kuat,demi Raja". Batin Prilly berusaha tegar.
"Minum?". Kata salah seorang perempuan yang sepertinya sedang di pengaruhi alkohol.
"Tidak,terimakasih". Kata Ali mencari tempat duduk.
"Disana". Kata Prilly menemukan tempat duduk yang tidak banyak orang.
"Kamu hati-hati,kita nggak tau mana musuh mana bukan". Bisik Ali lagi mengingatkan
"Heemm". Jawabku memandang sekitar.
Sayup-sayup terdengar pembicaraan seorang wanita bersama teman-temannya.
"Gue udah hukum tu anak hahaha". Ucap salah seorang wanita dari sampung kursi yang di duduki Ali dan Prilly.
"Waduhh sial banget tu anak,kenape lu hukum die". Tanya lawan bicaranya.
"Cari duit nggak becus,kantong gue kering bray".
"Hahaha dasar mata duitan,lo mau nggak gue ada anak pengisi ATM lagi,tapi ini cewek".
"Harga cocok gue ambil haha". Prilly menatap Ali penuh arti.
Ali mengangguk,tanpa sepatah katapun ia mengerti.Kali ini keberuntungan berpihak pada mereka.
"Kita tunggu mobil aja". Ajak Prilly seraya memakai kaca mata hitamnya.
Ali menurut,mereka melangkahkan kaki menuju halaman luar.
"Ada apa kalian ke sini". Tiba-tiba seorang laki-laki berbadan besar menghadang langkah Ali dan Prilly menuju mobil.
"Kami tidak ada perlu dengan anda". Jawab Ali tersenyum.
"Lalu dengan siapa?". Tanyanya lagi.
"Maaf bukan urusan anda". Kali ini Prilly menjawab.
"Permisi". Kata Ali sopan melewati laki-laki tersebut.
"Eh tunggu,tunggu...". Kata laki-laki tersebut menahan pundak Ali.
Ali masih tersenyum,senyuman yang berbeda. Tatapannya berubah menjadi tajam dan menusuk.
Prilly sedikit mundur,mood-nya masih jelek.
Tidak ingin mengotori tangannya dengan melawan preman sok kuat seperti orang yang di hadapannya saat ini."Ada perlu apa? Atau saya mengganggu?. Tanya Ali.