Ali sangat panik ketika tubuh Prilly semakin panas.
"Bapak tenang,mohon tunggu di luar. Kami akan menangani dengan sebaik mungkin". Ucap salah satu perawat yang berlalu memasuki ruang UGD.
Ali semakin panik,hampir satu jam ia menunggu.
Tidak ada kabar dari dokter disana."Aarrrrgghhh". Geram Ali memukul dinding kamar rawat Prilly.
Beberapa menit kemudian,salah deorang perawat keluar dari kamar Prilly.
"Gimana sus,dia baik-baik aja kan?".
"Bapak di mohon ketenangannya ya,sebentar lagi dokter yang akan menjelaskan. Saya permisi dulu". Ali sudah tak tahan,ia masuk ke dalam kamar Prilly.
Dokter yang bertugas pun sedikit terkejut,"ada apa Bapak?". Ali tak menjawab,ia memandangi Prilly yang tampak begitu pucat.
Ali mendekatkan dirinya pada ranjang Prilly,ia membelai lembut rambut wanitanya itu.
"Pasien hanya mengalami memar di bagian kepala belakang. Sepertinya pukulan benda tumpul,itulah yang membuat pasien nyeri,sakit pada kepalanya". Jelas Dokter itu tanpa di minta.
Ali tak bergeming,ia tetap mendampingi Prilly.
"Kalau begitu saya permisi". Ucap sang Dokter yang di sambut senyuman Ali.
Kini tinggal dirinya dan Prilly dalam ruangan itu.
Ali menatap sendu wajah Prilly yang pucat. Air matanya menetes begitu saja,ia tidak bisa menahannya lagi.
"Maafin aku Prilly,maafin aku". Ucapnya mengecup tangan Prilly yang dingin.