Chapter 79

102K 2.5K 201
                                    

"Gue ke ruangan dulu,gue lacak dulu dari laporan-laporan ini". Ucap Ali dan pergi dari ruangan Rio,ia juga terus berfikir.

Di ruangannya pun Ali sibuk mengotak-ngatik alat-alat canggihnya.

Memasukkan semua data yang terkumpul,tapi nihil ia tidak menemukan petunjuk sedikit pun.

"Kenapa sulit banget mecahin kodenya ya". Gumam Ali masih memandangi huruf dan angka-angka di keyboard laptopnya.

Ali meraih handphone-nya dan mencari nama Prilly.

"Halo". Jawab Prilly dari balik handphone Ali.

"Kamu dimana? Bisa mecahin kode nggak?". Tanya ali tak sabar.

"Kode apa Ali,yang jelas dong".

"Aku kirim ke e-mail kamu ya,langsung cek kalo udah kirim balik datanya ke aku".

"Oke".

*tutututuuutt*

Telphone di matikan,dengan segera Ali mengirim semua data yang tidak bisa ia pecahkan.

Sementara Prilly mulai mengecek e-mail kiriman dari Ali.
Setelah ia mengotak-ngatik,ada sedikit kode yang terpecahkan.

"Istana Presiden". Ucapku pelan.

Aku segera meraih handphone dan mencari kontak Ali.

"Honey,ada sedikit kode yang aku bisa buka. Disana tertulis Istana Presiden". Sahutku saat Ali menerima telphonnya.

"Istana Presiden? Kamu yakin? Apa ini berhubungan dengan Bapak Presiden kita ya". Kata Ali ragu.

"Dari pada ragu,kita berangkat sekarang ke istana buat memastikan keadaan disana baik-baik aja". Usulku yang di setujui Ali.

Beberapa menit kemudian Ali sudah sampai di pintu gerbang depan rumah Prilly untuk menjemput kekasihnya itu.

Peralatan yang ia punya tak lupa di bawanya.

Prilly memang masih belum menjadi agent resmi FBI tapi ia selalu menjadi bagian penting dalam membantu Ali menuntaskan setiap misi yang di berikan kepada Ali.

Traumanya sudah hilang ketika melihat kantor polisi semenjak ia bersungguh-sungguh ingin menemukan Raja,adiknya.

"Cepet masuk". Ujar Ali membukakan pintu mobil untuk Prilly.

Kakinya langsung menginjak gas mobilnya dan melaju cepat menuju istana presiden.

"Aku tadi coba otak-atik lagi kode disana,dan muncul angka menunjukkan pukul 15.26" . Ujar Ali dalam keadaan panik.

"Ha? 15.26 apa jangan-jangan..ahh honey sekarang udah jam 15.10 aaaahh". Teriakku panik.

"Udah deh ngga usah lebay,jangan bikin panik dulu. Kita kan belum tahu apa yang terjadi". Kata ali tak mengalihkan pandangannya dari jalan,tangan kanannya meremas kesal rambutnya.

Prilly yang melihat Ali seperti itu memilih diam,karena jika ia terus mengganggu pasti ia akan kena semburan kemarahan Ali.

Mobil yang di bawa Ali melaju sangat kencang,memang ia belum mengetahui dengan pasti apa yang terjadi di istana presiden tapi firasat buruk menghantuinya.

Tepat pukul 15.26 mobil Ali terparkir pada halaman istana presiden,matanya mulai bermain.

Ia menatap tajam ke segala penjuru lingkungan istana,namun terlihat baik dan tetap tertib.

"Huuuuhhfff". Tarikan panjang nafas Ali membuat Prilly tersenyum.

"Kayaknya baik-baik aja deh,mungkin kamu terlalu khawatir".

Ali mengangguk,rambut kepalanya basah karena keringat terus menerus mengalir.

AC tidak cukup untuk mengeringkan badannya.

"Sini deh honey". Ucapku menarik secarik tissue dan mengelap lembut dahi Ali.

Ali tersenyum manis melihat kekasihnya yang sangat perhatian padanya,keskipun kadang dia bisa menjadi Prilly yang kuat,tapi di sisi lain Prilly ada lah wanita yang sangat lembut nan cantik.

Prilly membalas senyuman Ali.

Tangan Ali tergerak,ia menggenggam tangan Prilly yang sedari tadi membersihkan keringat pada dahinya.

Ia sedikit menarik tubuh Prilly agar lebih dekat dengan tubuhnya.

*DAGDIGDAGDUG*

Jantung Prilly berdetak tak karuan,pipinya bersemu merah.

Semakin dekat,wajah mereka semakin lengket. Hampir tak ada jarak pada keduanya.

*Toktoktok*

Suara ketukan kaca mobil Ali membuyarkan moment romantis Ali dan Prilly.

"Huuuhhfff hahaha". Tarikan nafas panjangku di sertai tawa membuat Ali terkekeh.

Dengan cepat pula Ali membuka kaca mobilnya,seorang penjaga Istana negara sudah berdiri di samping mobil Ali.

Raut wajahnya terlihat garang,mungkin karena tidak ada orang yang keluar dari mobil sejak mobil Ali parkir. Jadi mereka menaruh curiga pada mobil Ali.

"Selamat siang Pak!". Ucap Ali menghormati.

"Selamat siang Pak Ali". Sahut penjaga istana tersebut sambil tersenyum ramah. Wajahnya berubah manis ketika melihat Ali yang sudah di kenalinya.


*maaf atas kesalahan sebelumnya ya
Nggak sadar kalo di share ulang

Dan ada pertanyaan untuk kalian yang baca story aku yang belum sempurna ini

Tolong sertakan kritik dan saran kalian ya ^^
Dan jika cerita ini jadi novel,apa pendapat kalian?
Terimakasih :-)

Aku dan Kamu.Kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang